Polisi Bilang Aa Gatot Libatkan Dewi Aminah dan Reza Artamevia Saat Melecehkan Korban
Aa Gatot menganggap pelecehan seksual yang ia lakukan terhadap CT dan AS itu merupakan bagian dari sebuah ritual.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Saat itu klien saya mau dijadikan backing vokalnya Aa Gatot," kata Sudarmono.
Sejak itulah CT kenal dekat dengan Aa Gatot. Dalam perkenalan itu, Aa Gatot memperkenalkan dirinya sebagai orang kuat dan sakti, CT pun percaya dan terperdaya.
Saat pertama kali dinodai Aa Gatot, kata Sudarmono, Aa Gatot memperdaya dengan sebuah cerita.
Sebelum bercerita, CT sempat dipengaruhi oleh sabu dan alkohol. Aa Gatot menceritakan bahwa di dalam dirinya ada jin bernama 'jibram' dan harus dikeluarkan.
Jalan satu-satunya untuk mengeluarkan jin itu adalah harus berhubungan intim dengan seorang perawan.
Di tahun 2007, kata Sudarmono, kliennya masih perawan karena baru berusia 16 tahun 10 bulan.
Lalu Aa Gatot meminta CT untuk menghisap sabu dan mencekokinya dengan minuman keras. CT pun terperdaya.
Ritual menghisap sabu itu disebut Aa Gatot sebagai ritual 'Aspat'. Semacam memberi makan jin yang ada di dalam tubuhnya.
"Waktu itu klien saya masih di bawah umur. Dia belum tahu yang ia hisap itu sabu," kata Sudarmono.
Sejak itu CT sering diajak kesana-kemari oleh Aa Gatot. Dia kerap diajak ke rumah Aa Gatot di Pondok Indah, lalu ke padepokannya di Sukabumi, serta ke berbagai hotel.
Segalanya, kata Sudarmono, tak jauh soal sex ketika Aa Gatot mengajak CT. Selanjutnya CT mengikuti Aa Gatot sepanjang tahun 2007 sampai 2011. Dia melewatkan masa SMA-nya karena sudah tak fokus lagi.
Sementara itu, pengacara Aa Gatot, Muara Karta, terheran-heran dengan laporan yang dibuat CT.
"CT itu memang istrinya, tetapi mereka sudah pisah," kata Karta.
Makanya Karta mempertanyakan soal pelaporan itu dan mengaku tak pernah dinikahi kliennya.
Apalagi peristiwa pemerkosaan itu sudah terjadi dalam rentang waktu lama, yakni 2007 - 2010.
"Sekarang kalau bilang tak dinikahi, yang biayai anaknya siapa. Kan Aa Gatot yang nafkahin. Artinya klien saya bertanggung jawab," kata Karta. ( Suprapto/ote/tribun/warta kota)