Tak Lagi Jadi Paranormal, Ini Sumber Uang Ki Joko Bodo Sekarang
Agus Yulianto alias Ki Joko Bodo meninggalkan pekerjaannya sebagai paranormal.
Editor: Anita K Wardhani
Waktu berlalu nampaknya Ki Joko Bodo tidak mampu hidup terus – menerus di Jakarta dan akhirnya Ki Joko Bodo kembali ke Yogyakarta dan dia ikut mencalonkan dirinya menjadi lurah atau kepala desa.
Dalam proses menjadi kepala desa ternyata tidak mudah yang seperti dia bayangkan, dan Ki Joko Bodo mengikuti seleksi tahap demi tahap untuk menjadi kepala desa.
Katanya tahapan–tahapannya itu mbulet – mbulet dan akhirnya Ki Joko Bodo tidak lolos dalam seleksi tersebut.
Pernah ada cerita Ki Joko Bodo pernah mengaku ada beberapa perempuan yang pernah singgah di hatinya, salah satu dari perempuan itu adalah bernama Lusi yang disebut dengan cinta pertamanya.
Ki Joko Bodo sangat terpesona dengan keindahan apa yang ada di dalam diri perempuan.
Akan tetapi cinta pertamanya tersebut harus bertepuk sebelah tangan di tengah jalan dikarenakan pada saat waktu itu Ki Joko Bodo melamar Lusi dan lamaran tersebut ditolak oleh orang tuanya Lusi.
Ki Joko Bodo melamar lusi dengan 10 biji kelapa yang masih lengkap dan 15 kg beras, dan akhirnya di tolak mentah–mentah oleh orang tuanya dan Ki Joko Bodo juga ditendang.
Akhirnya Ki Joko Bodo berhasil menikahi perempuan yang bernama daimah pada tahun 1996.
Tapi kisah cintanya juga tidak mulus, Ki Joko Bodo di tuduh orang tuanya daimah malarikan anak permpuannya dan akhirnya Ki Joko Bodo di kejar–kejar polisi.
Merasa gagal terus dalam menjalani kehidupannya, akhirnya Ki Joko Bodo menekuni dunia spiritual dan akhirnya Ki Joko Bodo dapat mendapatkan rejekinya dengan menjadi profesi paranormal.
Sekarang uang bukan menjadi masalah baginya dan dia akhirnya membuat istana yang di beri nama istana wong sinting yang terdapat relief yang menggambarkan kisah kehidupannya.
Ki Joko Bodo telah hidup dalam kemewahan. Setelah Ki Joko Bodo merasakan bosan dengan kehidupan duniawi dan akhirnya dia membuat moto hidupnya “carilah dunia, kemudian carilah Tuhan”.(*)