Keinginan Tommy Page Minta Diantar ke Rumah Jokowi Tak Kesampaian
Kesempatan langka konser di daerah Jawa Tengah, membuat Tommy berniat untuk mengunjungi tempat wisata yang ada di sana.
Penulis: Nurul Hanna
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurul Hanna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juni 2016 lalu, Tommy Page (46) kembali ke Indonesia untuk menggelar konser. Ia menyapa penggemar dalam show bertajuk “In The Mood of Love with Tommy Page”.
Solo dan Jakarta, tercatat sebagai tempat pertunjukan konser Tommy. Panggung di Solo pun terlebih dulu digelar di Hotel Best Western Premier Solo, Jumat (3/6/2016).
Kesempatan langka konser di daerah Jawa Tengah, membuat Tommy berniat untuk mengunjungi tempat wisata yang ada disana.
Beberapa jam sebelum konser di Solo Tommy mendatangi Candi Prambanan.
Pelantun 'A Sholdier to Crying On' itu hanya punya waktu satu jam untuk menikmati lokasi tersebut.
Baca: Tommy Page Pelantun Hits A Shoulder to Cry On Diduga Bunuh Diri
Baca: Sembilan Bulan Lalu Tommy Page Cium Tangan Titi DJ
Ternyata, Tommy jatuh cinta dengan keindahan Candi Prambanan. Ia sempat berfoto dengan latar Candi Prambanan.
"Candi Prambanan merupakan salah satu tempat paling indah yang pernah saya lihat di dunia ini," puji Tommy dalam akun Twitternya.
Tommy pun tahu Solo adalah tempat istimewa bagi pemimpin negara yang tengah disambanginya, Presiden Jokowi. Ia meminta diantar ke rumah pribadi Jokowi di Solo.
Namun niat Tommy tertunda lantaran waktu yang ia miliki jelang konser begitu singkat.
Jumat (3/3/2017) lalu, musikus yang tenar pada 1990-an itu ditemukan tewas di sebuah apartemen di New York, Amerika Serikat.
Pihak kepolisian belum bisa menganalisa penyebab kematian pria yang genap berusia 46 tahun itu. Namun menurut beberapa sumber, Tommy Page tutup usia akibat bunuh diri.
Diduga bunuh diri
Tommy Page meninggal dunia pada Jumat (3/3/2017). Menurut beberapa sumber, penyanyi 46 tahun ini tutup usia akibat bunuh diri.
Pria bernama lengkap Thomas Alden Page itu lahir di New Jersey, Amerika Serikat, pada 24 Mei 1970.
Dia mulai bermain piano pada usia delapan tahun dan belajar keyboard pada umur 12 tahun, dan bergabung dengan saudaranya dalam sebuah grup musik.
Menurut laman Billboard, setelah lulus SMA, Page pindah ke New York City dan bekerja sdi sebuah klub bernama Nell’s.
Selama itu, ia belajar bisnis di New York University dan juga memproduksi serta merekam lagi “Turning Me On”, mempromosikannya kepada DJ di sekitar kota tersebut.
Setahun bekerja di Nell’s, Page berkesempatan bertemu dengan produser penyanyi Madonna, Mark Kamins, dan presiden Sire Records, Seymour Stein.
Pertemuan itu menjadi tiket Tommy Page menuju ketenaran.
Pada tahun yang sama, ia melakukan debut album yang mendapat sambutan di kawasan Asia lewat lagu “A Shoulder to Cry On”, meskipun dengungnya tidak terlalu terasa di Amerika Utara.
Keberuntungan kembali menghinggapi Page dua tahun kemudian saat menumpangi limosin yang sama dengan anggota New Kids on the Block, dan Donnie Wahlberg memberikannya sebuah lagu.
Hasilnya, selain menjadi penyanyi pembuka dalam tur Step By Step mereka, Page juga berhasil bertengger di urutan pertama Billboard dengan “I’ll Be Your Everything”.
Lagu dibawakan Page sebagai vokalis utama yang diharmonisasikan dengan Donnie Wahlberg, Jordan Knight dan Danny Wood.
Lagu tersebut muncul dalam album keduanya Painting in My Mind.
Ia kemudian tampil dalam beberapa acara bincang-bincang seperti Joan Rivers and Regis and Kathie Lee.
Page juga muncul di setiap majalah remaja, dan melakukan tur dunia untuk album laris manis tersebut.
Warner Bros lantas mengirimnya kepada produser Mike Paley sebagai tamu dalam soundtrack Dick Tracey.
Ia kemudian mengeluarkan single baru untuk Natal, dan meluncurkan album ketiga From the Hear.
Karena hasil penjualannya biasa-biasa saja, label musik Amerika menangguhkan Page. Ia dianggap sebagai 'one hit wonder'.
Berbeda dengan di Jepang, Page merilis album lagu-lagu baru bertajuk Friend to Rely On dan menjadi paket dengan hits terbesar untuk Warner Jepang, sebelum menuju Asian Pony Canyon Records dan merilis dua album, yakni Time pada 1994 dan Loving You pada 1996.
Menjelang peluncuran Loving You, Page berhasil merampungkan gelar Internation Business and Marketing di New York University.
Single-nya “Missing You” berhasil meraih peringkat satu di Asia.
Namun akibat krisis ekonomi Jepang pada akhir 1990-an, label rekamannya ditutup. Nasib rekamannya pun tidak pasti.
Page juga sempat merilis album Ten Til Midnight pada tahun 2000, sebagai upaya terakhir untuk bangkit sebelum fokus menjadi produser untuk artis-artis lain.
Page kemudian bergabung dengan Warner Bros/Reprise Records. Selama di Warner, ia membantu membentuk karier Michael Buble, Alanis Morissette, Josh Groban, dan Green Day.
Sepanjang kariernya di bidang musik, Tommy Page sudah menelurkan tujuh album dalam waktu 12 tahun.
Meskipun beberapa lagunya meledak di Asia, hanya satu lagunya yang menjadi hit di Amerika.
Page juga pernah menggelar konser tunggal di Jakarta dan Surabaya pada 2013, serta kembali tampil di Jakarta pada tahun 2015 dan 2016.