Film Pendek Film KAAL Tuai Kontroversi, Ini Pandangan GP Ansor
Menurut Wakil Ketua Pimpinan Pusat GP Ansor Abdul Haris, kontroversi terhadap tafsir sebuah karya, dalam hal ini film pendek KAAL, sah-sah saja.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film pendek berjudul Kau adalah Aku yang Lain (KAAL), pemenang kategori film pendek di ajang Police Movie Festival IV 2017, menuai kontroversi.
Namun, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Abdul Haris Ma'mum menilai video berdurasi 7 menit 41 detik itu, justru sarat dengan pesan-pesan penting kemanusiaan. Terutama soal toleransi antarumat beragama.
Menurut Abdul Haris, kontroversi terhadap tafsir sebuah karya, dalam hal ini film pendek KAAL, sah-sah saja.
Meski begitu, jika ditonton dengan seksama dan utuh, sebenarnya film tersebut sangat bagus, baik dari sisi sinematrografi maupun isi cerita dan pesan yang ingin disampaikan.
"Film ini layak menang karena memang bagus. Edukatif juga. Film bagus memang selalu memiliki dimensi dialektika. Film terbuka untuk dikritisi," ucap Abdul Haris dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (30/6/2017).
Untuk film ini, ia menyarankan harus ditonton secara utuh, jangan sepotong-sepotong.
"Sebab, ya nanti jadinya hanya bisa berkomentar miring bahwa film ini melecehkan Islam. Justru, saya melihat film ini sarat pesan toleransinya," lanjutnya.
Ia mengatakan, yang dianggap beberapa kalangan sebagai melecehkan Islam adalah adegan di mana ada seorang kakek yang ngotot tak mau membukakan jalan untuk ambulans, yang membawa pasien beragama nasrani yang sakit keras.
Alasan si kakek, karena jalan itu ditutup untuk pengajian. Namun, pada akhirnya si kakek yang berpikiran fanatik sempit itu, memberi ambulans lewat setelah diberi pemahaman menyejukkan oleh tokoh pemuda, polisi, dan kiai.
Karena itu, Haris mengapresiasi betul film tersebut. Menurutnya, film KAAL menunjukkan indahnya kebesaean Islam yang memayungi keberadan agama dan keyakinan lain.
"Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda, begitu juga dengan agama dan keyakinannya. Film ini dengan jernih menggambarkan Islam yang memberi rahmat bagi semesta, Islam yang rahmatan lilalamin," terang Abdul Haris.
Ia tak menampik bahwa penganut agama yang terlalu fanatik dan berpikiran sempit di semua agama juga ada, baik itu Islam, Kristen, Buddha, maupun Hindu.
"Syiar Islam yang sejuk berhasil ditampilkan dalam film pendek KAAL ini. Saya sangat menyayangkan bila beberapa kalangan mencerca film ini dengan anggapan melecehkan Islam. Apalagi menuding KAAL sebagai bagian dari upaya pihak kepolisian memberi stigmatisasi kepada umat Islam sebagai intoleran," tegas Abdul Haris.