Menurut Profesor Bule Asal AS Ini, Musik Dangdut Sejalan dengan Visi Soekarno
"Mungkin walaupun mereka di dehumanisasikan oleh Orba, tapi mereka masih punya dangdut yang memberi solidaritas."
Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Apa kaitannya dangdut dengan dunia politik? Ternyata seorang Professor etnomusikologi asal Amerika Serikat bernama Jeremy Wallach punya jawabannya.
Menurut Jeremy dangdut ikut membangun dan menjaga identitas nasional pada masa peralihan kekuasaan Orde Baru ke Reformasi.
Dalam sebuah penelitiannya yang diterbitkan Universitas Winsconsin, Amerika Serikat tahun 2008, ia menyebutkan bahwa pada masa peralihan itu musik dangdut yang merakyat bisa membangun solidaritas masyarakat yang pada saat itu tidak terpengaruh oleh ideologi “pembangunanisme” ala Soeharto.
“Mungkin rakyat kecil dimanipulasi kaum elit. Tapi rakyat kecil nggak peduli dengan politik. Yang mereka mau cuma dangdut. Joget aja, Karena dangdut itu sumber keasyikan popular buat mereka. Walaupun Orba bilang mereka terbelakang. Mereka kampungan. Mereka nggak mau maju," ujarnya.
"Mungkin walaupun mereka di dehumanisasikan oleh Orba, tapi mereka masih punya dangdut yang memberi solidaritas. Memberi keenakan juga dangdut itu membentuk identitas nasiional yang hebat buat mereka yang tidak tergantung dengan ideologi developmentalisma, pembangunanisma khas Orba. Itulah identitas nasional lain,” kata Jeremy dalam wawancaranya di Arion Swiss-Belhotel Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (8/7/2017)
Jeremy juga melihat musik dangdut sejalan dengan visi presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang mengusung visi negara komunitas yang horizontal.
Baca: Profesor Nyentrik dari Amerika Ini Mengaku Punya Penyanyi Dangdut Favorit, Ini Dia Daftarnya
“Itu lebih kecenderungan Soekarno. Itu negara sebagai komunitas yang horizontal itu. Yang seperti kesetaraan yang tidak membedakan orang miskin dan orang kaya dan tidak membedakan kelas sosial. Itulah visi Soekarno itu. Karena dangdut juga bukan musik kebarat-baratan.” Kata Jeremy.
Menurut Jeremy, dangdut juga menampilkan kemajemukan identitas rakyat Indonesia.
“Musik dangdut itu lebih cenderung ke timur. Mirip musik India, Melayu. Tapi sebenarnya dangdut musik sangat hibrida. Musik campur aduk. Khususnya unsur-unsur Timur. Unsur-unsur Melayu. Semua dicampur aduk. Itu jadi perlambangan kebudayaan Indonesia,” ujar Jeremy yang dalam wawancara dengan Tribunnews memaksakan diri menjawab dalam bahasa Indonesia meski sudah ditawari untuk menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.