Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Audio Perpetua, Film Dokumenter Filipina Tentang Perjuangan Seorang Tunanetra

Perusahaan di Filipina terkadang ragu mempekerjakan orang dengan gangguan penglihatan.

zoom-in Audio Perpetua, Film Dokumenter Filipina Tentang Perjuangan Seorang Tunanetra
Carol dalam film dokumenter Audio Perpetua. 

TRIBUNNEWS.COM - Carol Catatutan, begitu ia dikenal. Catatutan seorang Filipina yang berprofesi sebagai penulis skrip untuk televisi. Yang istimewa tentang dirinya, bahwa ia adalah seorang tunanetra.

“Saya juga menulis dua novel roman dan sudah terbit. Saya merasa ini seperti sebuah panggilan, sebuah misi, jadi saya berikan semuanya,” tutur Carol.

Lalu, seperti apa kehidupan Carol Catatutan selama di negerinya? Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Asia Calling produksi Kantor Berita Indonesia (KBR).

Saat ini Carol mendedikasikan waktunya untuk ATRIEV, sebuah organisasi yang berbasis di Manila. Lembaga ini melatih orang-orang dengan gangguan penglihatan agar bisa memakai komputer dan teknologi lain. Tujuannya agar mereka punya keterampilan dan bisa bekerja secara profesional. Pada akhirnya ini akan membuat mereka bisa hidup mandiri.

“Ketika kami mulai melatih tunanetra cara memakai komputer, ini membuka banyak kesempatan. Mungkin dulu Anda tidak bisa bayangkan ada programmer tunanetra tapi sekarang kami punya junior programmer dan pengembang perangkat lunak,” ceritanya dengan bangga.

Perusahaan di Filipina terkadang ragu mempekerjakan orang dengan gangguan penglihatan. Kalaupun ada yang mau, perusahaan kerap memperlakukan mereka tidak setara dengan staf lain.

Ia juga menceritakan, bahwa beberapa orang terkadang merendahkannya.

BERITA REKOMENDASI

Lewat cerita kehidupan para peserta di ATRIEV, Ivy Baldoza dan Melanie Entuna pun memproduksi sebuah film dokumenter berjudul Audio Perpetua. Setelah tiga tahun syuting dan produksi, Melanie mengaku belum puas.

“Kami ingin memberi workshop soal sensitivitas bagi orang yang bisa melihat sehingga mereka tahu bagaimana menghadapi orang dengan gangguan penglihatan. Kami ingin mendidik pengusaha cara mempekerjakan dan memperlakukan tunanetra saat berada di lingkungan profesional. Kami ingin menciptakan kesadaran melalui pemutaran film terutama di sekolah-sekolah. Kami mencari dukungan teknologi dan peralatan,” kata Melanie.

Bagi Carol, adalah sebuah kehormatan bisa bermain di film ini, meski dia mengaku agak aneh harus diikuti kru film selama dua tahun. Ini mungkin menghambat geraknya tapi tentu saja tidak menghalangi ketangguhannya. 

“Kami selalu mengatakan kepada mereka, ‘sebaiknya kalian keluar dari jalan orang buta, jika tidak, kami bisa menginjak kamera kalian. Jadi hati-hati!” kata Carol sambil tertawa.

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas