Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Cerita Seorang Sopir Taksi yang Berterima Kasih pada Bondan Winarno

Bagi saya pengalaman seperti itu benar-benar mengharukan. Ternyata apa yang saya lakukan, ada artinya untuk mereka.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Cerita Seorang Sopir Taksi yang Berterima Kasih pada Bondan Winarno
kompas.com
Bondan Winarno. 

Setelah itu tercetus ide membuat sesuatu yang sifatnya multimedia. Akhirnya lahir Bango Citarasa Nusantara (2005).

Saya keliling Indonesia selama setahun tiga bulan untuk mencicipi dan mempromosikan makanan-makanan khas berbagai daerah. Acara itu bertajuk Pusaka Kuliner Nusantara.

Kapan Anda mulai tampil di Wisata Kuliner?

Setelah Pusaka Kuliner Nusantara selesai, saya diminta membuat acara sendiri di TransTV bertajuk Wisata Kuliner. Di acara itu saya juga mempromosikan makanan-makanan khas Indonesia.

Saya dikontrak per tiga bulan. Syutingnya cukup padat, setiap Senin hingga Kamis, kadang Minggu  juga. Program ini ‘kan, kejar tayang dan lokasi syuting banyak di luar kota. Saya jalani saja, tidak terlalu ngotot.

Apa yang ingin Anda sajikan?

Yang pasti kami menampilkan berbagai makanan khas. Makanan tidak harus mewah, mahal, atau dijual di restoran besar. Yang penting bersih, sehat, memiliki kekhasan, dan enak. Intinya memang makanan khas rakyat.

Berita Rekomendasi

Bukannya saya anti pizza atau burger, tetapi begitu banyak makanan khas Indonesia yang sehat dan enak.

Selain itu, saya melihat orang Indonesia tidak pernah melihat makanan sebagai bagian dari budaya. Orang makan yang penting bikin kenyang.

Padahal ada hubungan antara makanan dan budaya. Nah, saya ingin melalui Wisata Kuliner masyarakat lebih bisa memahami itu.

Bagaimana Anda bisa tertarik dengan bidang kuliner?

Semua berawal karena saya doyan makan dan hobi masak sejak muda. Misalnya, tiap jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri saya selalu hunting tempat makan. Bahkan tak jarang saya ikut kursus memasak singkat saat di Bangkok, China, atau manapun.

Namun, saya tidak bisa disebut sebagai ahli kuliner atau food critics. Saya memang tak punya keahlian formal di bidang itu. Saya selalu menganggap diri saya sebagai food promotor, seperti halnya saya tampil di Wisata Kuliner.

Maksudnya supaya masyarakat jadi kenal, kepingin, dan ngiler untuk mencoba masakan yang saya tawarkan.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas