Pak Bondan Maknyus Meninggal, Rahasia Penyakitnya Sempat Dibongkar dalam Percakapan WA
Kabar duka datang dari seorang pesohor Tanah Air di bidang kuliner, Bondan Winarno. Ia dikabarkan tutup usia, Rabu (29/11/2017) pukul 09.05 WIB di Ru
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar duka datang dari seorang pesohor Tanah Air di bidang kuliner, Bondan Winarno.
Ia dikabarkan tutup usia, Rabu (29/11/2017) pukul 09.05 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta.
Jenazahnya juga dikabarkan akan dibawa ke rumah duka Jalan Bangsawan Raya Sentul City siang ini.
Kabar tersebut dibagikan melalui cuitan akun @arieparikesit, Rabu (29/11/2017).
Baca: Pertama Kali Masuk Vlog, Begini Aksi Usil Kaesang saat Menggoda Gibran di Pesta Pernikahan Kahiyang
"Mendapat berita duka cita yang bikin lemes mendadak, guru dan teman kita semua Pak Bondan Haryo Winarno meninggal dunia tadi pagi jam 9.05 WIB di RS Harapan Kita Jakarta, jenazah akan dibawa ke rumah duka JL Bangsawan Raya Sentul City siang ini,mohon doa untuk beliau dan keluarga," tulisnya.
Pengguna akun tersebut juga menguraikan kondisi kesehatan sang pendiri Jalansutra, komunitas wisata boga terkenal di Indonesia itu.
Baca: Khawatir Dibegal Orang Partai di Pusat, Petahan Wali Kota Makassar Maju Lewat Jalur Perseorangan
Ia mengunggah hasil tangkapan layar percakapan dalam aplikasi WhatsApp tentang penyakit jantung yang diderita mendiang Bondan.
Pria yang populer dengan tagline 'maknyus' itu sedang menjalani perawatan karena penyakit jantungnya selama beberapa bulan terakhir.
Keluarga JS-ku, mohon maaf bila selama beberapa hari ini saya menyembunyikan sebuah rahasia besar dari Anda semua.
Saya ceritakan sejak latar belakangnya.
1. Th 2005, dlm penerbangan SIN-JKT, saya merasakan ujung2 jari tangan kanan saya ba'al alias kesemutan. Begitu mendarat di CGK, saya telepon minta advis Dr. Sindhiarta Mulya.
Saya disarankan segera menuju RS yg dkt dgn rumah saya untuk menjalani pemeriksaan MRI. Km waktu itu saya masih tinggal di Bintaro, saya lgsg ke RS Premier Bintaro.
Eh, ternyata Dr. Sindhi sudah menunggu saya di sana. Setelah MRI, saya disarankan observasi di RSP Bintaro selama 3 hari. Kesimpulan: cardiologist strongly suspected penyumbatan arteri jantung dan saya (percakapan terpotong, red)
(percakapan terpotong, red) harus menjalani Kateterisasi sesegera mungkin. In contrary, neurologist di RS yg sama mengatakan bahwa yg saya alami sama sekali bukanlah penyakit jantung.
2. Saya mencari second opinion di RSPI. Kesimpulan sama: cardiologist bilang harus kateterisasi segera. Neurologist RSPI juga bilang: bukan masalah jantung.
3. Dalam kebimbangan, saya tidak menjalani kateterisasi. Saya hanya minum Plavix ( pil pengencer darah) untuk menghindari penyumbatan arteri.
4. Setahun setelah minum Plavix terus-menerus, saya nyaris pingsan di rumah Yohan Handoyo setelah minum wines dan makan steaks masakan Adi Taroe.
Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dgn RS Azra. Dokter jags yg berpengalaman menemukan diagnosa: tekanan darah terlalu rendah krn darah terlalu encer.
5. Sejak saat itu saya ke HSC di KL utk annual check up. Di sana dikonfir-masi dgn MSCT bahwa saya memang tidak mengidap penyakit jantung.
6. April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC KL, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta saya pada tahap awal. Dim bhs medis, penyakit ini disebut: aorta aneurysm.
Menurut Dr. Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya: saya spt membawa born waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya.
Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700juta.
7. April 2016, saya sudah appoint-ment dgn Dr. Soo di HSC KL. Tapi pas hari itu justru dia dilarikan ke RS utk operasi. Team dokter yang menan- (percakapan terpotong, red)
(percakapan terpotong, red) memberi info ttg aneurysm saya.
8. April 2017, saya appointment lagi utk konsultasi dgn Dr. Soo. Eh, ternyata dia mendadak sakit. Saya Igsg jalan2 ke tempat adik saya di Penang.
Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kpd orang yg bukan ahlinya?" Dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm.
Saya segera berkomunikasi dgn Dr. Sindhi yg Igsg saja membanjiri saya dgn berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan untuk mengikuti saran Dr. Sindhi.
9. Bulan Juli 2017, saya jalan2 seharian dgn Dr. Sindhi di sktr Tangerang, diakhiri dgn maksi kuliner Betawi di Mpok Kuni.
Eh, ternyata Dr. Sindhi mengantar saya ke RS Siloam Karawaci dan sdh membuat appoint-ment utk ketemu Dr. Iwan Dakota, ahli vaskuler, adik Kapolri Tito Karnavian.
Saya bahkan disambut oleh Dirut RS Siloam Karawaci, sahabat Dr. Sindhi.
10. Dlm pemeriksaan oleh Dr. Iwan, setelah memeriksa hasil medical record terakhir di HSC KL, HANYA dgn stetoskop, Dr. lwan menemukan masalah lain: katup aorta saya bocor.
Saya diminta utk segera ke PJN Harapan Kita keesokan harinya utk pemeriksaan echo. Dlm pemeriksaan echo di Harkit, 65% confirmed bahwa katup aorta saya bocor.
Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) utk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dlm waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yg perlu segera ditangani.
11. Dr. lwan me-refer saya kpd tim bedahnya, Dr. Dicky Alighiery Hartono, ahli bedah vaskular lulusan Korsel.
Ini adalah pembedahan paling berat, rumit, dan sulit, berlangsung 5-6 jam. "Mumpung Pak Bondan sdg fit, kita lakukan segera, ya?"
12. 27 Sept 2017 pagi saya menjalani 2 operasi sekaiigus: penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang nengalami dilatasi.
Operasi berlangsung selama 5 jam dan dinyatakan berhasil. Saya siuman di ICU sore hari dan dirawat selama 24 jam di ICU. Dad ICU saya dipindah ke Intermediary Ward.
13. Normalnya, bila operasi berhasil, 24 jam sesudah di Intermediary Ward, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan biasa.
Dalam operasi besat spt yg saya alami, ada 2 hantu kompiikasi: 1. perdarahan, 2. aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Saya terbebas dari perdarahan.
Tapi, Sabtu dini hari saya kejang2 dim tidur saya. Ternyata saya mengalami kompiikasi aritmia. Saya dipasangi TPM (Temporary PaceMaker) sambil dimonitor penyebabnya (biasanya krn peradangan).
14. Utk aritmia ini, saya ditangani Dr. Dicky Hanafy, lulusan Jerman. Krn setelah 72 jam tidak tampak progress dad TPM, Selasa siang Dr. Dicky memutuskan utk memasang TPM lain di pangkal paha. Terus terang, saya ketakutan.
15. Miracle happens. Selasa malam, ketika perawat sdg mempersiapkan saya utk didorong ke kamar operasi, tiba2 denyut nadi saya berirama kembali. Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati.
16. Demikianlah, kejadian demi kejadian telah saya alami. Untuk sementara saya belum dapat dijenguk di Intermediary Ward.
Tapi, bila keadaan membaik, Jumat ini saya akan dipindah ke kamar perawatan. Tempatnya terlalu kecil utk Anda menjenguk.
Karena itu, sambil GR akan banyak yg menjenguk saya, saya sudah mengatur tempat di lobby Wisma Fits, di dalam kompleks RSIB dan PJN Harapan Kita untuk 1 sesi bezoeksutra Minggu, 8 Oktober pk 13-15 untuk 10 orang.
Mohon mendaftar ke Lidia Tanod dan Harry Nazarudin utk mengatur kunjungan. Di luar waktu tsb, mohon maaf, tidak dapat saya terima.
Mohon doa Anda semua agar pemulihan saya tuntas dan lancar.
Salam, Bondan Winarno," demikian isi informasi dari WhatsApp tersebut.(TribunVideo.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.