Aktris Indonesia Ini Mengaku Jadi Korban Pelecehan Seksual Sutradara Inggris
Bey Logan mengharuskannya 'telanjang hingga hanya berpakaian dalam dari hari ke hari agar dia bisa memeriksa tubuhnya
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Dia mengaku saat itu tidak mengungkapkan penolakannya secara keras karena menganggap bahwa hal itu bukan pelanggaran yang terlalu serius terhadap tubuhnya dan bahwa keduanya sama-sama minum alkohol.
Dikisahkan lagi, pada Agustus 2011 itu, saat melakukan pengambilan gambar di Foshan, provinsi Guangdong, Sable Yu mengalami masalah sehingga tidak bisa berjalan.
Seorang aktor, Jiang Guoqiang (meninggal Mei lalu) mengatakan bisa 'menyelesaikan masalahnya' dengan memegang payudaranya. Namun sable Yu menolak.
Menurut Sable Yu, saat itu Bey Logan sangat marah, lalu berteriak, "Kok susah sekali. Ayo lakukan saja!"
Logan kemudian melakukan pelecehan di depan para awak film. Sable Yu mengatakan ia merasa lebih sakit karena merasa dihina di depan umum.
"Sangat merendahkan martabat. Tak ubahnya ada yang melemparkan tinja ke muka saya."
Menurut Yu, ia mengalami depresi. Namun katanya, setiap kali ingin membicarakannya, Bey Logan mengancam untuk memperkarakannya secara hukum -isteri Logan adalah seorang pengacara.
Di akhir tahun 2012 itu, ternyata ia hanya diberi seperempat dari honor yang seharusnya karena proyek film itu gagal mendapatkan dana yang dibutuhkan. Film itu sendiri tak diselesaikan.
Sable Yu kemudian mundur dari dunia film dan mendapat pekerjaan sebagai seorang resepsionis.
Ia berkisah kepada HK01, hingga kini masih secara rutin berkonsultasi dengan psikiater.
Di media sosialnya -yang juga menggunakan nama Yung Yung Yu- Sable Yu menyebut lahir di Jakarta pada 1982 dari seorang ibu Taiwan dan ayah seorang asal Shanghai. Ia masuk SD Karunia, Pasar Baru, Jakarta.
Di situs IMDb ia menulis, "Saya seorang gadis yang rumit dengan hasrat yang bersahaja. Mengetahui dan memahami adalah pengetahuan. Betapa pun, pengetahuan belaka tanpa kemampuan praktis, lebih buruk ketimbang tidak memiliki pengetahuan."
Perjalanan hidupnya menampakkan ia seorang yang penuh mobilitas.
Pada umur 12 tahun ia hijrah untuk melanjutkan sekolah menengah di Singapura lalu kembali ke Indonesia beberapa waktu sebelum kemudian merantau lagi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi di sebuah universitas.