Harunya Pertemuan Alexandra Gottardo dan Nenek 92 Tahun yang Dihukum karena Tebang Pohon Durian
Alexandra Gottardo menemui Saulina boru Sitorus nenek berusia 92 tahun yang dihukum penjara akibat memotong pohon durian ke Desa Panamean, Tobasa.
Editor: Anita K Wardhani
Oppu Linda keluar dari rumah dengan tatapannya yang nanar dengan tongkat kayunya. Alexandra Gottarda dan Nenek Saulina gelar Oppu Linda saling peluk.
"Horas Oppung, akhirnya aku bertemu dengan Oppung di sini,"sebut Alxandra.
Oppu Linda sumingrah, tatapannya yang nanar berubah senyuman. Wajah Alexandra dibelainya. Lalu dia mengarahkan Alexandra ke rumahnya.
Keluarga lainnya juga sudah duduk di ruang depan rumah anaknya Maston Naiborhu. Alexandra yang didampingi suaminya, Arif menyampaikan niat kedatangan mereka.
"Kami ingin melihat langsung bagaimana keadaan nenek pasca vonis tuntutan hukuman satu bulan empat belas hari. Karena kami selalu mengikuti melalui pemberitaan di media,"Jelas Alexandra.
Canda dan tawa juga membalut suasana pertemuan Saulina dengan dengan Aexandra. Terlebih, ketika Alexandra bertanya soal aktiviitas kesehatiannya pasca vonis juga rahasia usia Saulina yang sudah menginjak 92 tahun.
"Oppung kenapa bisa masih sehat begini, luar biasa. Apa aktivitasnya," Tanya Alex yang diterjemahkan Boy Raja Marpaung.
Saulina menjawab, dirinya di usianya yang renta hanya bertenun.
Soal rahasianya panjang kenapa bisa panjang umur, Saulina menjawab
"Molo Mondok-hondok MA". Jawaban itu sontak mengundang gelak tawa. Suara tawa meramaikan rumah yang hanya sepelemparan batu dari Danau itu.
Arif, suami Alex juga berbincang-bincang anak Saulina Marbun Naiborhu serta kelima ponakan Saulina. "Seperti apa dulu kehidupan keluarga selama kalian di dalam penjara.
"Posisi kami sebagai kepala keluarga terpaksa digantikan istri dan memang hidup serba pas-pasan. Doton (Jaring) kami pun hilang tenggelam di dasar danau. Lumayan berat jugalah," timpal Marbun menceritakan tengalaman selama di penjara.
Arif juga menanyakan menantu Saulina, Nai Dewi Boru Siregar, soal bagaimana kesulitannya menyekolahkan anak-anaknya. Termasuk biaya hidup lainnya maupun kebutuhan Saulina ia korek.
"Kami cuma bertenun sajalah. Biaya hidup kami irit-irit dan pergunakan secukup-cukupnya. Apalagi, di sini mata pencaharian utama dari bertangkap ikan kecil-kecilan,"ujar istri Marbun Naiborhu, Nai Dewi boru Siregar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.