Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Roman D. Man: Seni Membatik Punya Cita Rasa Estetika dan Makna Filosofi

Aktor Film Roman D. Man merasa beruntung lahir dan dibesarkan dikotanya, Pekalongan. Kota yang menurutnya memiliki kekhasan budaya yang terwariskan

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in Roman D. Man: Seni Membatik Punya Cita Rasa Estetika dan Makna Filosofi
dok pribadi
Roman D. Man 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktor Film Roman D. Man mengaku beruntung lahir dan besar di kota Pekalongan. Kota yang menurutnya memiliki kekhasan budaya yang terwariskan, khususnya batik.

Itulah yang menguatkan Roman, untuk terus mengenalkan batik sebagai warisan budaya leluhur.

“Tunjukkan identitas kita sebagai bangsa dengan karya batik,” ungkapnya di rumah batik yang dikelolanya, di kawasan Cibubur, Selasa (17/7/2018).

Selain produk ekonomis, menurut aktor film yang lahir di Desa Salit Pekalongan, 7 Juli 1993 ini, batik juga merupakan seni dan filsafat.

“Sebagian masyarakat masih memahami batik hanya sebagai komoditas fashion. Padahal seni membatik melalui proses panjang dan memiliki cita rasa estetika dan makna filosofi,” ujarnya.

Membatik menurutnya, butuh ketekunan, ketelitian dan kesabaran.

“Kurang tekun, terburu-buru; tidak sabar, dan kurang teliti, adalah sisi manusiawi kita. Karenanya seni membantik secara filosofis dapat menjadi acuan cara hidup kita ke arah yang lebih baik,” kata aktor yang pernah membintangi film ‘Tears of Ghost’ ini.

Berita Rekomendasi

Metropolitan Jakarta, bagi Roman, adalah kawah candradimuka tempat penggemblengan diri agar memiliki pribadi yang kuat dan berkarakter.

Itu sebabnya setelah berbagai fase perjuangan hidup yang dilalui, ia berniat pulang kembali ke asal membangun desa.

“Jakarta itu kampung besar; desa global. Warganya multi etnik. Tidak saja orang Indonesia, tapi juga banyak orang asing dari berbagai bangsa. Keragaman ini setidaknya bisa menjadi studi dan referensi ilmu sosial, yang akan saya jadikan modal membangun kampung halaman,” papar Sarjana Hukum, lulusan Fakultas Hukum Universitas Bung Karno Jakarta ini.

Belakangan Roman kerap mondar-mandir Jakarta – Pekalongan, dan memfokuskan usahanya di bidang, musik, film, dan seni kerajinan, khususnya Batik Pekalongan.

Dari apa yang diusahakannya, Roman menyisihkan sebagian rezekinya untuk disumbangkan kepada para dhua’fa serta membantu program peduli anak bangsa.

Ada beberapa program yang sudah dilakukan di Jakarta, ingin Roman implementasikan di kampung. Melalui Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH) misalnya, Roman melakukan acara ‘Jum’at Berkah’ dengan aksi ‘Bank Nasko’ (Nasi Kotak).

Membagikan nasi kotak keliling (Bank Nasi Kotak) untuk para pemulung, anak jalanan, tukang becak, dan tukang ojek. Menyelenggarakan kegiatan sosial lainnya, seperti menyantuni warga kurang mampu; kaum dhua’fa, dan janda lanjut usia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas