Borong Piala di FFI 2018, Ini Fakta Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak
Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil keluar sebagai juara umum Festival Film Indonesia (FFI) 2018.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil keluar sebagai juara umum Festival Film Indonesia (FFI) 2018.
Bagaimana tidak?
Film besutan Mouly Surya ini berhasil keluar sebagai pemenang dalam tiga kategori utama dari Piala Citra 2018, yakni Sutradara Terbaik (Mouly Surya), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Marsha Timothy), dan Film Cerita Panjang Terbaik.
Tidak hanya itu, film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak juga memenangkan tujuh kategori lain, mencakup:
Pengarah Sinematografi Terbaik (Yunus Pasolang)
Penulis Skenario Asli Terbaik (Mouly Surya & Rama Adi)
Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Dea Panendra)
Penata Musik Terbaik (Zeke Khaseli & Yudhi Arfani)
Penata Suara Terbaik (Khikmawan Santosa & Yusuf A Patawari)
Penyunting Gambar Terbaik (Kelvin Nugroho)
Pengarah Artistik Terbaik (Frans XR Paat)
Jadi bisa dibilang, secara keseluruhan film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil memenangkan sepuluh kategori!
Wah, memangnya seperti apa, sih, sebetulnya film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak ini?
Nah, terutama yang belum menonton filmnya, simak langsung saja empat fakta film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berikut yang sudah kami rangkum.
Usut punya usut, kisah dalam film ini menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan di sebuah daerah terpencil, lho.
Baca: Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak Menjadi Peraih Penghargaan Terbanyak FFI 2018
1. Tentang perjuangan janda di Tanah Sumba
Di film ini, Marsha Timothy berperan sebagai Marlina, seorang janda yang harus berjuang mempertahankan hidupnya saat harus menghadapi sekelompok perampok.
Berlatar siang hari di sebuah rumah tradisional tanah Sumba yang eksotis namun jauh dari perkotaan, bahkan dari Ibu Kota, kisah Marlina seolah menampilkan perjuangan perempuan untuk melawan ketidakadilan yang terjadi pada dirinya.
Film ini diwarnai ketegangan dan aksi Marlina yang dingin dan tenang dalam melawan semua ketakutan.
2. Empat babak
Persis seperti judulnya, film ini terdiri atas empat babak: Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Tangisan Bayi.
Pada bagian pertama, kisah pilu Marlina bermula dari kedatangan perampok bernama Markus, kemudian disusul enam orang pengikutnya pada malam hari.
Saat Marlina hendak diperkosa, Marlina pun memenggal kepala Markus untuk membela diri.
Sementara bagian kedua menceritakan perjalanan Marlina yang ingin membawa kepala Markus ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang menimpanya.
Sayang, apa yang terjadi rupanya tidak sesuai harapan.
Di bagian ketiga, Pengakuan Dosa, Marlina harus menelan kenyataan pahit bahwa kantor polisi tidak langsung menangani kasusnya, terlebih karena kantor ini terletak di daerah terdalam Indonesia.
Pada bagian keempat, Marlina harus menghadapi situasi lain di rumahnya.
3. Keluar dari zona nyaman
Kalau biasanya film-film Indonesia lebih sering mengambil lokasi di tempat-tempat mainstream, maka film garapan Mouly Surya memilih mengambil lokasi yang demikian berbeda.
Sumba sebagai latar dipilih Mouly sebagai ajakan untuk keluar dari zona nyaman, karena ingin menunjukkan kepercayaan lain selain yang dianut mayoritas, yakni kepercayaan lokal Sumba, Marapu, yang muncul dalam filmnya.
Bukan hanya soal latar, genre Western yang diangkat Mouly dalam film ini juga menawarkan sesuatu yang lain.
Hal ini tampak dari hadirnya kuda, musik serta lagu daerah, padang sabana, yang menjadi simbol-simbol untuk menunjukkan genre Western.
Belum lagi dari segi cerita yang menggambarkan seorang perempuan di tengah kondisi serba penuh ancaman, bukannya panik dan menangis, melainkan memilih menyelamatkan diri dengan memenggal kepala sang pelaku.
4. Apreasi tinggi luar negeri
Sebelum resmi tayang di Indonesia 16 November 2017, film yang diproduksi oleh Cinesurya Production bersama dengan Kaninga Pictures, serta berkolaborasi dengan Prancis, Malaysia, Singapura, Thailand ini faktanya sempat berkunjung ke berbagai festival film Internasional.
Di antaranya Cannes, New Zealand, Toronto, Busan, Melbourne, dan Maroko.
Film ini pun berhasil memperoleh penghargaan sebagai film dengan skenario terbaik pada Festival International du Film de Femmes de Salé (FIFFS) di Maroko, film terbaik Asian NestWave dari The QCinema Film Festival, Filipina.
Wah, wajar dong, ya, kalau film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil juga jadi juara umum FFI 2018 di negaranya sendiri? Sekali lagi, selamat! (*)