Gaduh RUU Permusikan Indonesia Dikomentari Professor Musik Amerika Serikat
Pria kelahiran Arizona, Amerika Serikat yang cukup fasih berbahasa Indonesia itu menyayangkan hadirnya RUU Permusikan tersebut.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Anita K Wardhani
Hal itu ia dapatkan tidak hanya dengan duduk di perpustakaan, namun juga mendatangi konser-konser dangdut, punk, metal dan musik lainnya.
Tidak hanya itu, ia juga bahkan menuliskan pengalamannya nongkrong di warung-warung kopi, warteg, atau pos satpam untuk mengetahui bagaimana masyarakat Indonesia menikmati dan mengalami musik pada saat itu.
Bahkan saat itu, ia juga sengaja mendatangi klub-klub malam elit di beberapa kota besar yang biasa menampilkan hiburan berupa musik dangdut dari artis-artis ternama ibukota.
Secara umum, penelitian Jeremy memperlihatkan bahwa musik-musik populer di Indonesia misalnya dangdut, punk, dan metal yang sering dianggap kampungan oleh orang Indonesia sendiri justru termasuk ke dalam musik modern yang dapat dianggap sebagai simbol identitas nasional rakyat Indonesia yang “cair” dan beragam.
Hasil penelitiannya itu sudah dibukukan, diterjemahkan, dan diterbitkan Penerbit Komunitas Bambu berjudul "Musik Indonesia 1997 - 2001: Kebisingan dan Keberagaman Aliran Lagu".
"Jadi, kasihan kalau (musisi Indonesia) dibungkam gara-gara taktik politik begini," kata Jeremy menutup pesannya.