Cikal Bakal Livi Zheng Berkarier sebagai Sutradara di Hollywood, Film Pertamanya Modal ''Dengkul''
Nama Livi Zheng telah mengharumkan nama Indonesia di kancah perfilman internasional. Ia adalah sutradara asal Indonesia yang berkarier di Hollywood.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWSCOM - Nama Livi Zheng telah mengharumkan nama Indonesia di kancah perfilman internasional. Ia adalah sutradara asal Indonesia yang berkarier di Hollywood.
Debut Livi Zheng sebagai sutradara yang membuatnya jadi perhatian adalah film Brush With Danger, produksi tahun 2012 oleh perusahaan produksi film asal Los Angeles, California, Sun and Moon Films.
Selain tayang di bioskop-bioskop Amerika, film itu juga pernah diputar di bioskop Tanah Air pada November 2015.
Namun, sebelum sampai ke tahap itu, Livi Zheng memulainya dengan susah payah. Ia harus kerja keras. Komitmennya untuk mewujudkan mimpi sebagai sutradara benar-benar diuji.
Saat itu usianya 23 tahun. Ia juga masih tercatat sebagai mahasiswi ekonomi di University of Washington-Seattle. Dengan modal dengkul Livi Zheng membuat film pertamanya.
Livi Zheng menuturkan ada empat unsur untuk mendukung proses pembuatan film tersebut.
"Pertama diriku sendiri, kedua adikku, untungnya dia bahasa Inggrisnya bagus kan. Yang ketiga, aku punya teman, punya kamera. Nah, teman dekatku, mamanya punya katering, sponsorin makanan, sudah dong, kita bisa syuting," ucapnya disusul tawa, saat menyambangi kantor redaksi Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta.
Film modal dengkul itulah cikal bakal Brush With Danger. Ia kemudian menawarkan skrip tersebut ke beberapa rumah produksi agar digarap secara profesional untuk kebutuhan komersial. Dan apa yang terjadi?
Ternyata Lii Zheng benar-benar mengalami kesulitan di awal kariernya. Skenarionya ditolak sebanyak 32 kali.
"Setelah itu, begitu dapat sponsor, saya kan pengin kerja sama dengan kru yang sudah menang banyak award, yang mungkin nomonasi Oscar, Emmy Award seperti itu, tapi ternyata kru itu enggak mau kerja sama sama saya, karena saya belum punya portfolio," terangnya.
"Di sana ada perkataan, you're only as good as your last job. Jadi misalnya, pernah garap yang box office, kalau film terakhirnya gagal, nanti sulit mendapatkan pekerjaan selanjutnya. Jadi, waktu itu kesulitan juga mencari kru di awal-awal di awal karier saya. Saya tanya kenapa, katanya skenarionya masih kurang kuat, karena skenario itu adalah fondasi film," lanjutnya.
Ia kemudian melakukan banyak revisi sampai akhirnya bisa bekerja sama dengan kru yang nominasi Oscar dan pemenang Emmy Award.
"Setelah itu saya menyelesaikan film saya Brush With Danger yang tayang di bioskop-bioskop di Amerika," katanya.(*)