Prilly Latuconsina Mengaku Pernah Terjebak dalam Toxic Friendship hingga Ingin Akhiri Hidup
Prilly Latuconsina mengungkapkan pernah ingin mengakhiri hidup karena merasakan beberapa musibah, satu di antaranya dapati teman yang tidak tulus.
Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Aktris multi talenta, Prilly Latuconsina mengungkapkan pernah ingin mengakhiri hidup karena merasakan beberapa musibah.
Pernyataan tersebut diungkapkan Prilly dalam video yang diunggah di kanal YouTube Ussy Andhika Official, pada Minggu (22/12/2019).
Prilly yang masih dalam masa remaja merasa tidak siap untuk menerima yang sedang terjadi dengan dirinya pada saat itu.
Menjadi artis dan dikenal banyak orang membuat Prilly menjadi bahan perbincangan semua masyarakat.
Selain itu Prilly juga tidak sanggup menerima kenyataan mengenai kesalahan yang telah dibuat sendiri.
Prilly merasa lebih baik mati karena telah membuat kesalahan-kesalahan tersebut.
"Dan ternyata aku nggak siap sama itu semua gitu. Aku nggak siap hidup aku diomongin, aku nggak siap nerima kenyataan ternyata temen-temen aku nggak tulus sama aku, aku nggak menerima kesalahan yang aku buat," ucap Prilly.
"Jadi aku menganggap udah buat satu kesalahan ini, mati aja deh," tambahnya.
Tidak hanya itu, Prilly menuturkan, pernah alami mental breakdown di usianya yang masih belia, yakni 19 tahun.
Saat itu Prilly merasakan ingin mengakhiri hidupnya saja dibandingkan harus melanjutkan menjalani hari-hari.
Prilly menceritakan, dirinya alami mental breakdown setelah mendapatkan berbagai musibah yang dirasa harus dilewati sendiri.
Ketika itu Prilly tengah berada pada titik di mana berita negatif tersebar di mana-mana, hingga terjebak hubungan pertemanan yang tidak sehat.
Prilly menuturkan saat itu dirinya mengetahui kalau teman-temannya tidak tulus dalam menjalin hubungan pertemanan.
Tidak hanya itu, Prilly juga merasa sedang berada di dalam sorotan banyak orang.
"Aku udah ngelewatin mental breakdown itu di umur 19, aku bener-bener kaya aku hampir mengakhiri hidupku," terang Prilly.
"Karena saat diumur 19 kan aku dapat musibah saat itu, di mana semua orang ngeberitain aku negatif, terus aku dihubungan toxic friendship."
"Yang di mana aku berteman sama orang tapi ternyata temen-temen itu nggak tulus sama aku," lanjut dia.
"Terus aku juga baru mulai ada di spotlight, di mana semua orang ngelihatin aku, setiap hari infotainment mberitain aku," imbuhnya.
Mental breakdown yang dialami oleh Prilly membuat dirinya memilih untuk tidak keluar kamar selama empat hari.
Prilly juga tidak menginginkan ada kamera yang menyorotnya, meskipun banyak rekan media yang menunggu di depan rumah ingin bertemu dan lakukan wawancara.
Ketika itu, orangtuanya tau apabila Prilly sedang tidak dalam kondisi yang baik dan semestinya.
Sehingga semua benda tajam disimpan dengan baik oleh mamanya dari jangkauan Prilly.
Orangtua Prilly mengetahui hal tersebut dari tingkah lakunya yang lebih sering menangis.
Prilly juga menceritakan, kunci kamarnya diambil oleh mamanya agar dapat sering mengontrol ke dalam kamar.
Tak hanya itu, Prilly merasa terpuruk dengan kondisi yang tengah dialami serta merasa sendiri karena tidak memiliki orang yang dipercayainya selain orang tua.
"Aku nggak keluar kamar selama empat hari," jelas Prilly.
"Sampai pisau, gunting semua diumpetin sama papa mama, mereka tau karena ngelihat gerak gerik aku yang nangis tiap menit."
"Mama aku setiap menit ngecek kamar aku, aku nggak boleh ngunci kamar, kuncinya diambil," ujar dia.
"Jadi bener-bener kayak segitunya aku terpuruk dan merasa sendiri banget yang punya orangtua," lanjutnya.
Akhirnya Prilly dapat bertahan dan melewati masa itu setelah mendengar nasehat dari papanya.
Ketika itu, papa Prilly mengungkapkan masalah merupakan bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani.
Setelah empat hari berada di dalam kamar, Prilly akhirnya dapat mendobrak mental breakdown yang dialaminya dan memulai fase baru hingga saat ini.
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)