Sinopsis Film Flu Trans7: Saat Kota Diserang Virus Mematikan dan Berakhir Kacau, Tayang Minggu Sore
Sinopsis Film Flu TransTV: Saat Kota Diserang Virus Mematikan hingga Berujung Kekacauan, Tayang Minggu Sore 9 Februari 2020 pukul 17.30 WIB
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Film Flu (2013) akan tayang di Trans7 sore ini, Minggu 9 Februari 2020 pukul 17.30 WIB.
Seperti yang dilansir showtimes.com, film Flu berkisah tentang mewabahnya virus mematikan di Bundang, pinggiran kota Seoul, Korea Selatan.
Setelah adanya penyelundupkan imigran gelap ke negara itu, pria bernama Byung-woo meninggal karena virus yang tidak dikenal.
Segera setelah itu, gejala yang sama mengganggu sejumlah warga di Bundang.
Orang-orang tak berdaya melawan penyakit yang ditularkan melalui udara.
Jumlah orang yang terinfeksi meningkat dengan cepat, menyebarkan kekacauan di seluruh kota.
Sebagai tindakan pencegahan, kota dengan setengah juta orang akan ditutup.
Pemerintah memerintahkan penutupan total.
Sementara itu, spesialis penyakit menular Kim In-hye (Soo Ae) dan pekerja penyelamat Kang Ji-goo (Jang Hyuk) pergi ke kota tersebut untuk menemukan serum darah dari pasien, yang menjadi bagian penting dari pengembangan vaksin.
Mengutip IMDB, film Flu merupakan film Korea Selatan yang diproduksi tahun 2013 lalu.
Film Flu dibintangi oleh Soo Ae dan Jang Hyuk sebagai pemeran utama.
Film ini mendapat 1 nominasi di Grand Bell Awards, di mana Min-ah Park dinominasikan sebagai aktris pendukung terbaik.
Jalan Cerita Film Flu
Berikut jalan cerita film Flu seperti yang dilansir Wikipedia.
Dua bersaudara Ju Byung-woo dan Ju Byung-ki adalah penyelundup di Seoul yang menemukan sejumlah imigran gelap yang meninggal dunia di kontainer karena penyakit misterius.
Mereka menyelamatkan satu-satunya yang selamat, yaitu Monssai, lalu mengirim video kondisi penemuan jenazah itu pada bos mereka di Budang.
Namun Byung-woo mendadak sakit dan Monssai melarikan diri.
Kedua bersaudara itu kemudian pergi ke sebuah klinik di mana penyakitnya tersebar kepada orang lain dan menular ke seluruh kota.
Di Pusat Penyakit Menular di Budang, Dr Kim In-hae ditegur karena kehilangan data penting ketika mobilnya jatuh ke tambang hari sebelumnya.
Tasnya kemudian ditemukan oleh anggota Emergency Response Team (ERT) Kang Ji-goo dan Bae Kyung-ub.
Ji-goo menjawab telepon In-hae dan memberikan tas itu kepada anak perempuan In-hae, Mi-reu.
Sementara itu, kondisi Byung-woo memburuk dan ia mulai muntah darah yang berwarna kehitaman.
Saudaranya membawanya ke ruang gawat darurat, di mana ia diisolasi dengan flu yang belum diketahui.
In-hae dipanggil untuk membantu, ia lalu menemukan sebuah video di ponsel Byung-woo.
Ia berteori bahwa kondisi dalam kontainer memungkinkan terjadinya mutasi virus.
Byung-ki menolak untuk menjawab pertanyaan tentang container itu.
Byung-woo akhirnya meninggal.
Keesokan harinya, makin banyak orang menunjukkan gejala yang serupa.
Dengan bantuan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), staf rumah sakit menemukan dan membakar kontainer pengiriman tersebut.
Namun, tikus yang sempat menggerogoti mayat melarikan diri ke kota.
Staf menyatakan bahwa virus agresif itu adalah strain H5N1 yang bermutasi yang dapat membunuh dalam waktu 36 jam.
Perintah karantina kota dilakukan.
Monssai yang sempat kabur menyelamatkan Mi-reu yang hampir ditabrak mobil.
Dia kemudian menghindari semua orang saat sadar bahwa dia sedang menyebarkan penyakit.
Mi-reu memanggil Ji-goo untuk membantu mencari pria yang sakit itu, tetapi mereka tidak berhasil.
Desas-desus tentang wabah menyebar dan orang-orang mulai panik.
Suatu ketika Ji-goo menyelamatkan seorang wanita yang jatuh dari eskalator, dan kehilangan Mi-reu.
Sementara itu, administrator dan politisi tampak meremehkan kebutuhan akan karantina.
Mereka lalu dihadapkan dengan situasi bencana ketika orang-orang berjatuhan di jalan, termasuk pengemudi mobil yang menyebabkan serangkaian kecelakaan hebat di jalan.
Rumah sakit dan sistem komunikasi menjadi kewalahan.
Karantina akhirnya dimulai.
Politisi dan staf peneliti mengungsi ke Seoul dan memberi tahu Perdana Menteri.
PM membuat pengumuman publik yang makin memperburuk kepanikan di Budang.
In-hae masih berada di Budang dan bergabung dengan Ji-goo untuk mencari Mi-reu.
Mereka menemukannya di supermarket yang sedang dijarah.
Di sana berisi orang-orang menunjukkan gejala sementara polisi anti huru hara berusaha menahannya.
Ketiga berhasil keluar dari supermarket sebelum jendela baja diturunkan
In-hae membawa mereka ke Seoul, tetapi Ji-goo menolak untuk meninggalkan tugasnya.
Ia memilih untuk bekerja dengan Kyung-ub untuk membebaskan mereka yang terjebak di toko.
In-hae dan Mi-reu mencapai helikopter terakhir untuk Seoul, tetapi Mi-reu menunjukkan gejala.
Pada malam hari, karantina Budang diperkuat oleh Tentara Republik Korea, pasukan cadangan, Pasukan Amerika Serikat Korea, dan KCDC.
Populasi dipindahkan ke kamp di luar stadion olahraga.
Orang-orang dengan gejala diisolasi di zona karantina yang terinfeksi (IQZ) di bawah stadion untuk menerima perawatan medis, meskipun In-hae tahu mereka tidak memiliki obat.
In-hae menyelundupkan Mi-reu melalui pemeriksaan untuk menyembunyikan penyakitnya.
Ia terus memakaikan masker pada Mi-reu sehingga ia tidak akan menginfeksi orang lain.
Di hari kedua, Monssai ditemukan di zona isolasi.
Proposal In-hae untuk langsung menyuntikkan antibodinya ke pasien ditolak, tetapi dia diam-diam memulai transfusi ke Mi-reu, yang kondisinya memburuk.
Kemudian, Mi-reu terpapar dan dikirim ke IQZ.
Kondisi kamp kacau.
Komunikasi dimatikan, kondisi hidup yang sulit, adanya konfrontasi dengan penjaga serta tembakan sporadis untuk mencegah penyebaran penyakit.
Ada pula desas-desus bahwa orang yang terinfeksi sedang dibunuh.
Tekanan dari Leo Snyder dari Organisasi Kesehatan Dunia dan politisi memaksa Presiden untuk mengingkari janji untuk melepaskan yang tidak terinfeksi setelah 48 jam, dan kerusuhan terjadi.
Ketika seorang prajurit yang terinfeksi secara fatal ditembak oleh seorang perwira, gerombolan menjadi marah.
Mereka melihat Ji-goo menyelamatkan Mi-reu dari tumpukan mayat yang sedang dibakar.
Ia percaya bahwa pasien yang terinfeksi dibakar hidup-hidup.
In-hae dan staf medis melarikan diri dari kerumunan.
Tetapi Byung-ki membunuh Monssai dalam serangan bunuh diri untuk membalas kematian saudaranya.
Mi-reu mulai pulih, dan Ji-goo membawanya ke jalan raya untuk bertemu In-hae.
Namun, Gook-hwan, seorang pria yang terinfeksi yang telah menghasut kerusuhan, memimpin massa bersenjata menuju jalan raya.
Mengetahui bahwa Mi-reu memiliki antibodi, Gook-hwan menembak Ji-roo, mengakibatkan pertempuran senjata yang mematikan antara massa dan tentara.
Ji-goo menyembunyikan Mi-reu, yang membuat pemulihan penuh.
Gook-hwan mencoba untuk memberikan dirinya transfusi darahnya.
Tetapi ia terbunuh di tangan Kyung-ub.
Mi-reu melarikan diri dan didorong ke depan massa, yang menghadapi tentara di jalan raya.
In-hae ditembak ketika mencoba mencegah Mi-reu melewati garis.
Mi-reu melindungi ibunya dan memohon agar mereka berhenti, lalu gerombolan perisai itu melindungi Mi-reu.
Presiden memerintahkan tentara untuk mundur, dan memaksa Snyder untuk membatalkan serangan udara.
Mi-reu dikirim ke Seoul untuk membuat vaksin sementara tim medis dikirim ke Budang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)