Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Sang Pencipta Hujan di Bulan Juni Berpulang, Ini Profil Sastrawan Sapardi Djoko Damono

Siapa yang tak kenal sastrawan Sapardi Djoko Damono? Penulis Hujan di Bulan Juni ini telah berpulang.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Sang Pencipta Hujan di Bulan Juni Berpulang, Ini Profil Sastrawan Sapardi Djoko Damono
Tribunnews.com/Nurul Hanna
Sapardi Djoko Damono dalam wawancara di gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017). 

TRIBUNNEWS.COM - Siapa yang tak kenal sastrawan Sapardi Djoko Damono? Penulis Hujan di Bulan Juni ini telah berpulang.

Sastrawan terkemuka ini baru saja meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020), sekitar pukul 09.17 WIB, di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Kabar duka ini disampaikan oleh akun Facebook Dody Yan Masfa.

Kemudian kebenaran berita ini disampaikan oleh Kepala Biro Humas dan Kantor Informasi Publik Universitas Indonesia (UI), Amelita Lusia.

"Ya, Mas," ujarnya saat dihubungi Kompas.com
Rumah Sakit BSD Eka Hospital membenarkan kabar meninggalnya sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono.

"Betul, beliau sudah berpulang," tutur Marketing Communication Manager RS Eka Hospital Erwin Suyanto dalam pesan teks saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (19/7/2020) seperti dikutip Tribunnews.

Baca: Puisi-puisi Karya Sapardi Djoko Damono Iringi Doa untuk Meninggalnya Sang Maestro

Baca: Breaking News, Penyair Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Pujangga Sapardi Djoko Damono ikut berpartisipasi dalam Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri Musik dan Syair Solidaritas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (11/10/2018). Lebih dari 60 gitaris Indonesia, musisi dan seniman ikut berpatisipasi dalam konser yang diadakan untuk mengumpulkan donasi bagi korban gempa di Sulawesi Tengah dan Lombok. Selain musik serta puisi, dalam acara tersebut juga diadakan lelang gitar, donasi puisi, serta workshop pembuatan tempe yang juga ditujukan untuk donasi. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Pujangga Sapardi Djoko Damono ikut berpartisipasi dalam Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri Musik dan Syair Solidaritas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (11/10/2018). Lebih dari 60 gitaris Indonesia, musisi dan seniman ikut berpatisipasi dalam konser yang diadakan untuk mengumpulkan donasi bagi korban gempa di Sulawesi Tengah dan Lombok. Selain musik serta puisi, dalam acara tersebut juga diadakan lelang gitar, donasi puisi, serta workshop pembuatan tempe yang juga ditujukan untuk donasi. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Erwin menjelaskan, sastrawan kelahiran 20 Maret 1940 itu meninggal dunia disebabkan oleh penurunan fungsi organ.

Berita Rekomendasi

"Penurunan fungsi organ ya," kata dia.

Erwin mengatakan hanya sedikit yang bisa diinformasikan oleh RS Eka Hospita.

Penyebab kematian dan penjelasan lebih detail dilimpahkan oleh pihak keluarga.

"Untuk selanjutnya keluarga akan memberikan keterangan ya," kata dia.

Biodata Sapardi Djoko Damono

Melansir dari laman Wikipedia, Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940.

Ia merupakan sastrawan besar Indonesia, sekaligus akademisi dari Universitas Indonesia.

Sapardi Djoko Damono tercatat sebagai lulusan SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955.

Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958.

Pada masa ini, SDD sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah.

Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Penyair Sapardi Djoko Damono dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pagi ini sekitar pukul 09.17 WIB.
Penyair Sapardi Djoko Damono dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pagi ini sekitar pukul 09.17 WIB. (Gramedia via KOMPAS.com)

Tahun 1973, Sapardi Djoko Damono pindah dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, tetapi kini telah pensiun.

Sapardi Djoko Damono pernah menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999, kemudian menjadi guru besar.

Saat itu pula Sapardi Djoko Damono juga menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia,

Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur.

Semasa hidupnya, Sapardi Djoko Damono aktif mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sambil tetap menulis fiksi maupun nonfiksi.

Penghargaan Sapardi Djoko Damono

Pada tahun 1986, Sapardi Djoko Damono mendapatkan anugerah SEA Write Award.

Tahun 2003, Sapardi Djoko Damono menerima penghargaan Achmad Bakrie.

Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.

Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Karya-karya Sapardi Djoko Damono

Duka-Mu Abadi (1969)
Lelaki Tua dan Laut (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
Mata Pisau (1974)
Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis)
Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan)
Lirik Klasik Parsi (1977; terjemahan)
Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya)
Perahu Kertas (1983)
Sihir Hujan (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
Water Color Poems (1986; translated by J.H. McGlynn)
Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn)
Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
Hujan Bulan Juni (1994)
Black Magic Rain (translated by Harry G Aveling)
Arloji (1998)
Ayat-ayat Api (2000)
Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen)
Mata Jendela (2002)
Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002)
Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen)
Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantra tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn)
Kolam (2009; kumpulan puisi)
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi)
Namaku Sita (2012; kumpulan puisi)
The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos "I La Galigo" terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John McGlynn)
Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak-sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi)
Trilogi Soekram (2015; novel)
Hujan Bulan Juni (2015; novel)
Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015)
Suti (2015, novel)
Pingkan Melipat Jarak (2017;novel)
Yang Fana Adalah Waktu (2018;novel)

Proses Pembuatan Novel Hujan Bulan Juni

Tahun 2015 lalu, Kompas.com berkesempatan wawancara dengan Sapardi Djoko Damono saat perilisan novel Hujan Bulan Juni.

Melansir dari Kompas.com dengan judul "Tulis Novel "Hujan Bulan Juni", Sapardi Djoko Damono Hanya Butuh Enam Bulan".

Sapardi Djoko Damono, mengatakan hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk menulis novel Hujan Bulan Juni.

Buku tersebut diadaptasi dari puisi karyanya dengan judul yang sama.

"Saya itu nulis dua novel sekaligus. Per enam bulan, gantian gitu nulisnya. Karena macam-macam, ada puisi, ada cerita pendek," ujarnya ketika berbincang dengan Kompas.com seusai acara peluncuran novel Hujan Bulan Juni di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Minggu (14/6/2015).

Peraih penghargaan untuk Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya pada 2012 ini mengaku, novel Hujan Bulan Juni, setebal 144 halaman, merupakan karya pertama yang dibuatnya berdasarkan tafsiran puisi. "Ini pertama kalinya saya menginterpretasikan puisi ke dalam novel. Kalau ke cerita pendek, sudah banyak," ucap Sapardi.

Kata Sapardi juga, novel tersebut dibuat dengan proses spontan.

"Itu proses, awalnya dijadikan lagu, kemudian dijadikan komik, sekarang dijadikan novel.

Saya itu enggak pernah punya rencana, puisi ke cerpen, ke komik, spontan aja, tergantung kalau ada yang meminta. Saya memang biasa begitu," ucapnya lagi.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Biodata Sapardi Djoko Damono, Sastrawan yang Meninggal Dunia Hari ini, Penulis Buku Hujan Bulan Juni, 
Penulis: Arum Puspita

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas