Isi Buku Harian Mendiang Goo Hara Diungkap di Acara TV, Ada Curhatan soal Ibunya yang Berselingkuh
Isi Buku Harian Mendiang Goo Hara Diungkap di Acara TV, Ada Curhatan soal Ibunya yang Berselingkuh
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Program TV Spotlight di JTBC membahas kembali kematian idol K-Pop Goo Hara serta kasus hukum antara keluarga dan ibu kandungnya.
Di salah satu segmen, terungkap sejumlah isi dari buku harian Goo Hara.
Diary yang ditulis Goo Hara sedikit menunjukkan apa yang ada di dalam pikirannya saat menjalani masa-masa sulit.
Beberapa buku harian ditulis sejak ia masih sekolah.
Baca: Keluarga Ributkan Warisan Usai Goo Hara Meninggal, Sang Ibu Minta Jatah Padahal Dulu Menerlantarkan
Baca: Tak Setragis Sulli & Goo Hara yang Meregang Nyawa, 5 Artis Indonesia Nangis Sempat Mau Bunuh Diri
Dilansir Koreaboo, beberapa tulisannya tampak lebih positif ketika ia membahas menemukan minat pada orang lain dan bagaimana ia merencanakan masa depan yang lebih sukses dengan keuangan yang ia simpan dengan rajin sepanjang kariernya.
Goo Hara juga meninggalkan pesan cinta untuk dirinya sendiri.
Tetapi beberapa tulisan menunjukkan tanda-tanda yang jelas tentang luka yang dialami Hara.
Ia meminta Tuhan untuk memaafkannya dan menjaganya.
Ia juga tampak menghibur dirinya sendiri melalui agamanya ketika dia menghadapi kesulitan lain dalam hidupnya.
Hara juga menulis tentang bagaimana dia memandang dirinya sendiri.
Ia merasa bahwa dirinya "sensitif" yang menjadi penyebab ketidakbahagiaannya sendiri.
Ia tahu ia memiliki lubang menganga karena tidak memiliki sosok ibu dalam hidupnya tetapi mencoba untuk lebih fokus untuk bahagia di masa depan.
"Apa kamu bilang. Apa yang kamu pikirkan. Itu menjadi kenyataan.
Aku harus melindungi diriku terlebih dahulu dan mengenal diriku dengan sangat baik.
Tidak, aku tahu betul bahwa aku lebih sensitif daripada yang lain, dan aku tahu tentang diriku sendiri sampai-sampai itu menakutkan.
Jangan mencuri energi sendiri, dan jaga diri untuk selalu berpikir bahagia dan positif.
Aku rindu ibu. Aku rindu dan ingin merasakan punya ibu.
Aku selalu memendamnya, tidak mengeluarkannya, menyimpannya di dalam.
Aku lebih putus asa daripada siapa pun dan aku ingin merasakan.
Aku lebih dari siapa pun. Sakit .. tidak, aku bisa terluka. Aku lebih dari pantas untuk terluka," tulis Hara dalam buku hariannya.
Dari semua halaman, frasa “Tidak apa-apa” adalah frasa yang paling sering ditulis.
JTBC kemudian membawa buku harian Hara ke profesor psikologi di universitas untuk dianalisis.
Profesor Kim Tae Kyung memperhatikan bahwa Hara terus-menerus menggunakan ungkapan "Tidak apa-apa" seolah-olah dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia memang baik-baik saja.
"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
Tidak apa-apa. Hara.
Tidak apa-apa. Tidak apa-apa.
Tidak apa-apa. Tidak apa-apa."
Tetapi tulisan yang paling menonjol menurut Profesor Kim adalah ketika Goo Hara berbicara tentang "diizinkan untuk dicintai".
Ia merasakan urutan tulisan Hara menunjukkan bahwa ia mencoba membujuk dirinya untuk berpikir positif tetapi karena tidak berhasil, dia menjadi takut.
"Apakah keberadaanku mengganggu?
Siapa Aku? Apa yang harus aku lakukan? Aku bertanya-tanya siapa diriku. Apakah aku diizinkan untuk dicintai? Apakah aku perlu mencintai?"
Profesor Kim mencatat bahwa frasa ini sering digunakan oleh individu yang tidak pernah mendapatkan cinta tanpa syarat.
Mereka harus berusaha dulu demi mendapatkan cinta dan kasih sayang seseorang tapi cinta itu mudah hilang.
Bagian yang paling menonjol bagi saya adalah ketika dia berkata, "Apakah aku seseorang yang diizinkan untuk dicintai?" Pikiran-pikiran ini biasanya dari orang-orang yang hanya mencintai dengan syarat, mereka tidak pernah menerima cinta tanpa syarat, ujar Kim Tae Kyung.
Jaraknya dengan cinta mungkin berasal dari kenyataan bahwa ibu Goo Hara meninggalkannya ketika dia masih kecil, dan ayahnya tidak selalu ada untuknya karena sang ayah sibuk bekerja.
"Ayah, aku seperti ini karena karena Song ___ melahirkanku. Kau dulu mengajakku berkeliling sambil berselingkuh dari ayah, dan Kau...
Mengapa kau melahirkanku jika aku akan menjadi seperti ini?"
Profesor Kim yakin bahwa Hara memiliki kasih sayang kepada ayahnya, tetapi dia tidak menganggap ibu kandungnya sebagai seseorang yang lebih dari sekadar ibu kandung.
"Kelihatannya tidak banyak, tetapi dia memanggil ayahnya dengan 'ayah' tetapi memanggil ibunya dengan namanya. Itulah bedanya. Dia adalah anak ayahnya tetapi bukan anak ibunya," ujar Kim Tae Kyung.
Ketika para wartawan bertanya apa artinya ketika Hara menulis bagaimana dia merindukan ibu, Profesor Kim percaya bahwa Hara lebih merujuk pada gagasan ibu yang menghibur dan penuh kasih daripada ibu kandungnya.
Hara hanya ingin mendapatkan cinta tanpa syarat layaknya yang diberikan ibu normal kepada anak mereka.
Kim Tae Kyung menyebut:
"Kita tidak menganggap ibu sebagai ibu hanya untuk pengertian biologis. Kita juga menganggap mereka adalah ibu karena mereka adalah sumber bagi kita untuk beristirahat dan menemukan kenyamanan. Dia mungkin berbicara tentang Song, tetapi dia lebih cenderung mencari figur ibu yang memberikan kenyamanan.
Sangat mungkin bahwa ia yang meminta bantuan, mengatakan 'Saya mengalami kesulitan. Saya ingin seseorang menghibur saya. Saya lelah.'
Kini, sudah hampir setahun sejak Goo Hara meninggal dunia.
Kepergiannya masih sangat dirasakan oleh orang yang dicintainya.
Kakak laki-laki dan ayahnya saat ini sedang dalam pertarungan hukum demi mencegah ibu Hara mendapatkan warisan Hara dan berupaya mencegah anak-anak lain terluka oleh seorang ibu yang meninggalkan anak-anaknya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)