Saat Deddy Corbuzier Terjangkit Covid-19, Azka Malah Sengaja Cari Penyakit, Alasannya Mengharukan
Azka menyayangi ayahnya, Deddy Corbuzier. Ia tak rela ayahnya sendirian di rumah sakit berjuang untuk sembuh dari covid-19 dan badai sitokin.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Azka Corbuzier sangat menyayangi ayahnya, Deddy Corbuzier.
Ia seperti tak rela ayahnya sendirian di rumah sakit berjuang untuk sembuh dari covid-19 dan badai sitokin.
Makanya, Azka rela "meng-covidkan" diri agar bisa menemani sang ayah.
Tahu kelakuan Azka, Deddy Corbuzier marah.
"Papa sempat marah sama kamu pada saat papa Covid, kamu tahu papa beberapa hari kemungkinan masuk rumah sakit, terus kamu malah sengaja, papa tidur kamu masuk ke kamar, tidur sama papa," ujar Deddy dikutip dari podcast Deddy Corbuzier.
Baca juga: Rawat Deddy Corbuzier Keluar dari Masa Kristis, Kebaikan dr Gunawan Disorot, Prinsipnya Bikin Haru
"Kamu sengaja, minuman papa yang bekas (minum) ditaruh, kamu minum, terus kamu bilang kamu juga ingin kena Covid, kenapa?" tanya Deddy.
Sambil tersenyum penuh arti, Azka mengungkap alasan sebenarnya dia melakukan hal itu.
Karena ternyata Azka melakukannya demi bisa selalu bersama Deddy.
Azka sadar betul bagaimana aturan rumah sakit bagi orang yang terkena Covid-19 melarang anggota keluarga untuk datang menemani.
"Kalau papa ke rumah sakit kan aku enggak bisa lihat lagi, kalau papa tidak kembali kan, kalau papa mati, orang yang dapat Covid enggak bisa lihat, enggak bisa jenguk," ujar Azka.
"Kalau Azka tahu papa critical enggak bisa ke situ kan, dan juga kalau udah mati enggak bisa lihat lagi, so...," ucap Azka lagi dengan senyum getir.
Dengan senyum di wajahnya, Azka menatap Deddy dan berkata,"aku hanya pengin lihat aja, just in case..."
"In case I die?" tanya Deddy.
Baca juga: Kalina Oktarani Alami Keguguran, Azka Corbuzier Menenangkannya dengan Pelukan
Baca juga: Cara Meredam Badai Sitokin, Keadaan yang Sempat Dialami Deddy Corbuzier
"Iya, kalau ada sesuatu yang terjadi," sambung Azka.
Deddy menjelaskan, sebagai ayah dia tentu akan sedih jika terjadi sesuatu pada Azka.
Ternyata Azka yakin dirinya tidak apa-apa, bahkan kalaupun dia harus meninggal, dia ingin meninggal bersama ayahnya.
"Bahkan jika kesempatan aku mungkin 100 persen (tidak hidup), aku tidak peduli, itu bukan masalah," kata Azka.
"Itu masalah, jika kamu mati," ucap Deddy.
Baca juga: Sempat Kritis, Alami Badai Sitokin, Kini Sembuh, Deddy Corbuzier Mulai Nge-Gym Lagi
"Then we can die together, just fine," jawab Azka.
Deddy penasaran dengan alasan putranya melakukan hal tersebut, hingga bertanya lagi.
"Kenapa?" tanya Deddy.
Sambil mengangkat kedua tangannya, Azka berkata,"aku belum siap."
Alami badai sitokin setelah negatif covid
Deddy Corbuzier menceritkan kronologi dirinya bisa mengalami badai sitokin usai dinyatakan negatif Covid-19.
Sekira dua pekan sebelum mengalami badai sitokin, Deddy sempat positif Covid-19.
Tiga hari isolasi mandiri dan ia dinyatakan negatif, namun dua pekan kemudian ia mengalami demam tinggi.
Tak main-main, suhu badan Deddy sempat mencapai angka 41 derajat yang membuat vertigonya kambuh.
"Berjalan beberapa hari (setelah negatif) tiba-tiba di minggu kedua setelah saya kena dan nggak lama negatif, demam saya tiba-tiba naik sampai hampir 40 derajat," kata Deddy Corbuzier di podcastnya dikutip Tribunnews.com, Minggu (22/8/2021).
"Pernah sampai 41 lebih langsung kasih paracetamol gak lama turun. Saya ngerasa something wrong karena sampai vertigo kepala muter," bebernya.
Baca juga: Deddy Corbuzier Sempat Menghilang dari YouTube, Akui Kondisinya Kritis, Hampir Kehilangan Nyawa
Baca juga: Cerita Deddy Corbuzier Mulanya Terinfeksi Covid-19
Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit dan dilakukan CT thorax dan Deddy dimint untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
"Kemudian CT thorax ke RSPAD lalu saya diminta stay di RS, tapi kadar oksigen saya masih 99%, kata dokter kalau mau stay di rumah gapapa," ucapnya.
"Pada saat saya pertama kena saya makan obat beberapa, jadi saya sudah mengikuti aturan yang dijalankan," tambah Deddy.
Setelah memutuskan untuk rawat jalan di rumah, Deddy mengaku badamnya kembali drop.
Akhirnya setelah dibawa ke rumah sakit lain, Deddy Corbuzier dinyatakan mengalami badai sintokin yang membuat dirinya sempat kritis.
"Kemudian saya pulang dua hari kemudian saya demam lagi, vertigo lagi. Saya langsung dibawa ke Medistera ketemu dokter dan dia bilang memburuk," beber Deddy.
"Ketika cek CT toraks 60 ketika di RSPAD masih 30 naik ke 60 dan keadaannya masuk dalam kondisi badai sitokin," jelasnya.
Deddy Corbuzier sempat percaya diri bahwa ia bisa terhindar dari Covid-19 karena merasa sudah menjaga kesehatan dengan baik.
Tentang badai sitokin
Badai sitokin, seperti dikutip Kompas.tv, merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalam tubuh mengalami terlalu banyak peradangan.
Akibatnya, organ gagal berfungsi dan memicu kematian.
Dokter spesialis paru RS Royal Taruma dan dosen di Universitas Trisakti, Rita Khairani menjelaskan, badai sitokin masih sangat mungkin menyerang meski virus covid-19 di dalam tubuh pasien sudah tidak ada.
Sementara, Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan badai sitokin atau cytokine strom merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Kandungan Herbal Ini Disebut Bisa Turunkan D-dimer Pasien Covid-19 dan Lawan Badai Sitokin
Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.
Untuk dipahami, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaks peradangan.
“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2,” jelas Mahirsyah saat menjadi pemateri dalam Webinar tentang Upaya Pengobatan Covid-19 di Indonesia yang diadakan Politeknik Indonusa Surakarta bekerja sama dengan PC PAFI Surakarta, seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (16/5/2020).
Dia menjelaskan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.
Baca juga: Rieke Diah Pitaloka : Menekan Angka Covid-19 di Bekasi dengan Gerak Serentak
Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.
Paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.
Baca juga: Hasil Tes Swab Antigen Negatif Tetapi Alami Anosmia, Begini Penjelasan Dokter
Baca juga: Kapolri: Ada Peningkatan Positif Covid-19 Setelah Dilakukan Pelonggaran PPKM
Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai.
Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.
Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas.
Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tak bisa bertahan.
“Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan,” jelas Mahirsyah.
Pengobatan pasien Covid-19
Dia menerangkan, interleukin-6 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat pada proses inflamasi dan kanker.
Untuk pengobatan, Mahirsyah menyebut, obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasian Covid-19.
Selain itu, vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19.
Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin.
Jadi, badai sitokin ini tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.
Apabila daya tahan tubuh kuat, virus yang masuk bisa dikalahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.