Diduga Menipu Pesinetron Fahri Azmi dan Catut Nama Jokowi, AH Bantah Gunakan Dokumen Negara
Pihak AH dokumen negara yang diduga digunakan AH untuk menipu Fahri Azmi sebesar Rp 75 juta, tidak benar adanya.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Arie Puji Waluyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lenarki Latupeirissa, kuasa hukum AH pelaku dan tersangka penipuan yang mengaku diutus Jokowi, buka suara terkait dokumen dari Kepresidenan Republik Indonesia yang diduga digunakan untuk aksi penipuan Rp 75 juta.
Lenarki menegaskan kalau dokumen negara yang diduga digunakan AH untuk menipu Fahri Azmi sebesar Rp 75 juta, tidak benar adanya.
"Jadi menurut AH, dia tidak pernah menunjukan langsung dokumen itu ke FA (Fahri Azmi). Untuk mencatut nama Presiden juga tidak pernah sama sekali," kata Leinarki Latupeirissa dalam jumpa persnya di kawasan Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (7/9/2021).
Baca juga: Kuasa Hukum Pelaku Penipuan yang Catut Nama Jokowi Minta Penyidik Dalami Uang Rp 75 Juta Fahri Azmi
Baca juga: Fahri Azmi Laporkan AH yang Mengaku Utusan Jokowi, Sang Artis Disebut Sakit Hati, Ada Motif Asmara
Lantas, bagaimana dokumen negara itu ada di kediaman AH? Lenarki menegaskan itu memang dibuat AH tapi bukan untuk dilakukan sebagai aksi penipuan.
"Dokumen itu AH membuatnya sebagai kebanggaan diri buat dilihatkan ke keluarga atau secara internal. AH tidak gunakan berkas itu kepada orang diluar internalnya," ucapnya.
Mengenai berkas negara bisa sampai ditangan pria 25 tahun itu, Lenarki memastikan dokumen itu diberikan istri AH kepada Fahri.
Lenarki menilai Fahri tidak mendapatkan dokumen itu langsung dari tangan AH dan digunakannya dalam menjalankan aksi penipuan Rp 75 juta.
"Saya tantang FA (Fahri Azmi), buktikan saja AH menggunakan dokumen itu untuk melakukan tindak pidana penipuan. Saat berkas itu diperlihatkan dan dikasih kamu, coba buktikan," jelasnya.
Bagi Lenarki, dokumen yang berlabelkan Kepresidenan RI yang ada ditangan Fahri, tidak layak menjadi barang bukti menjerat dan mempolisikan AH.
"Kalau kamu minta sama istrinya dan baru diberikan ke kepolisian, dokumen itu tidak digunakan dong untuk melakukan penipuan. Nah berkas itu tidak ada unsur pidananya," terangnya.
"Karena penyidik menerima dokumen itu dari FA (Fahri Azmu), bukan dari AH saat penangkapan terjadi di Palembang," tambahnya.
Lenarki mengatakan kalau istri AH memberikan dokumen tersebut karena dirayu oleh Fahri. Karena buta hukum, istri AH memberikannya.
"Ya pas memberikan, istri AH gak tau baik atau tidak nih dokumen ini diberikan karena dia buta hukum," ungkapnya.
Kemudian, Lenarki membantah AH menggunakan dokumen kenegaraan itu untuk menipu orang lain, yang disebut bintang sinetron Gantent Ganteng Serigala tersebut banyak korban lain selain dirinya.
"Kalau ada korban lain, kenapa korban lain tidak melapor ke polisi? Sejauh ini kan tidak ada ya yang membuat laporan, cuma FA saja," katanya.
Oleh sebab itu, Lenarki meminta Fahri Azmi membuktikan tuduhan penipuan dan penggelapan terhadap AH, terlebih mengenai dokumen negara yang dijadikan alat untuk menipu banyak orang.
"Ini penggiringan atau pembentukan opini namanya," ujar Lenarki Latupeirissa.
Diberitakan sebelumnya, Fahri Azmi melaporkan adanya dugaan penipuan dan penggelapan uang yang diduga dilakukan seseorang berinisial AH ke Polda Metro Jaya, Rabu (14/7/2021) silam.
Adapun laporan tersebur terdaftar dengan nomor LP/B/3472/VII/2021/SPKT/Polda Metro Jaya dan dalam perjalanannya, penanganan kasus tersebut dilimpahkan ke Polres Metro Jakarta Barat.
Awalnya Fahri Azmi didatangi AH yang mengaku sebagai pejabat dan memiliki kedekatan dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Pertemuan AH dan Fahri Azmi terjadi saat keduanya menghadiri ulang tahun temannya.
Kepada Fahri, AH mengaku sedang membutuhkan uang untuk dana talangan. Tanpa ada rasa curiga, korban pun bersedia memberikan uang Rp 75 juta sesuai dengan permintaan pelaku.
Belakangan uang Rp 75 juta yang diberikan ke AH tersebut tidak kunjung dikembalikan. Bahkan, AH menghilang bak ditelan bumi dan diketahui bahwa selain Fahri, ada juga yang jadi korban penipuan.