Pakar : Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia, Tergantung pada 7 Hal Ini
Terkait besaran gelombang ketiga yang terjadi amatlah bergantung pada 7 hal ini yang meliputi.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sejumlah pihak termasuk Kementerian Kesehatan memprediksi gelombang ketiga Covid-19 akan menghantam Indonesia akhir atau awal tahun nanti.
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama memandang, prediksi tersebut beralasan dengan menimbang setidaknya tiga hal ini.
Pertama, pengalaman selama ini, jika ada peningkatan mobilisasi karena libur panjang maka kasus akan naik.
"Saat ini saja aktivitas masyarakat relatif terus meningkat, sementara tidak semua menjaga jarak dan atau memakai masker dengan benar," katanya saat dikonfirmasi, Senin (25/10/2021).
Baca juga: Kasus Covid-19 Melandai, Tapi Ingat Gelombang Ketiga Bisa Terjadi Akhir Desember atau Januari 2022
Baca juga: Tak hanya Sediakan Sentra Vaksinasi, Ini Upaya Perbarindo Bantu Masyarakat dan UMKM
Serta yang ketiga adalah, masih ada sekitar 65 persen penduduk Indonesia belum mendapat perlindungan memadai akibat vaksin Covid-19.
"Belum dapat vaksin 2 kali. Bahkan, masih lebih 3/4 lansia belum dapat vaksin memadai," imbuh mantan petinggi WHO Asia Tenggara ini.
Meski demikian, terkait besaran gelombang ketiga yang terjadi amatlah bergantung pada 7 hal ini yang meliputi.
"Satu, seberapa patuh kita semua pada 3 atau 5 M. Kedua, seberapa ketat kebijakan PPKM oleh pemerintah sesuai derajat yang ada," imbuhnya.
Pemerintah diharapkan, memantau data perkembangan kasus dari waktu ke waktu, dan kalau ada kenaikan maka seberapa ketat pembatasan sosial diberlakukan.
"Keempat, kecepatan vaksinasi harus ditingkatkan. India yang penduduknya 4 kali dari RI, sudah menyuntik 8 juta orang per hari, maka target kita 2 juta sehari rasanya cukup tepat dan semua dapat dicapai. India juga sudah memvaksin 1 milyar penduduknya," kata Prof Tjandra.
Kemudian memperbanyak tes dan telusur. Setidaknya dalam sehari Indonesia dapat melakukan tes pada sekitar 400 ribu orang, dan telusur dilakukan pada 15 kontak dari kasus yang ada.
"Bagaimana kita mengendalikan pintu masuk negara dalam antisipasi kemungkinan peningkatan kasus dari mereka yg datang dari luar negeri.
Ada tidaknya varian baru yg muncul. Jumlah pemeriksaan Whole Genome Sequencing kita harus ditingkatkan. Serta ketujuh, Kita perlu waspada dengan varian baru yang ada di negara-negara lain," jelasnya lagi.