Beby Tsabina Tak Berani Olahraga Berat, Tulang Belakang Bermasalah Sejak SMP, Kondisinya Parah
Beby Tsabina tak bisa melakukan kegiatan yang menguras fisik. Ternyata ia memiliki masalah pada tulang belakangnya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Beby Tsabina tak bisa melakukan kegiatan yang menguras fisik. Ternyata ia memiliki masalah pada tulang belakangnya.
Tulang belakang Beby Tsabina membentuk lengkungan atau yang disebut Skoliosis.
Skoliosis yang diderita Beby Tsabina memiliki tingkat keparahan yang lumayan tinggi.
Baca juga: Kenali Gejala Dini Skoliosis pada Anak, Penderitanya Bisa Alami Gangguan Jantung dan Paru-Paru
Baca juga: Cerita Jessica Mila Idap Skoliosis Sejak SMP, Ini Gejala Awal yang Dirasakannya
Bagaimana tidak, sudut kemiringan tulang belakang Beby Tsabina mencapai 60 derajat.
"Aku punya skoliosis, parah juga, dari SMP kelas 2, (lengkungannya) 60-an derajat. Itu parah."
"Tapi sekarang sudah lebih berkurang," ujar Beby Tsabina saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Selatan, Kamis (28/10/2021).
Akibat kondisi itu, Beby Tsabina tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang berat.
Untuk berolahraga, Beby Tsabina hanya diizinkan jika dengan intensitas yang ringan.
Baca juga: Akting Angga Yunanda dan Beby Tsabina di Serial Antares Bikin Penggemar Mereka Baper
Baca juga: Dipasangkan Baby Tsabina di Web Series Antares , Angga Yunanda Akui Sedikit Tegang
"Aku selama ini enggak pernah lari lagi. Jadi ganti Pilates," kata Beby lagi.
Meski begitu, Beby Tsabina merasa kondisinya sudah jauh lebih baik.
Rasa sakit yang dia rasa akibat Skoliosis tidak begitu kuat.
Hanya saja, hingga saat ini, Beby belum juga berani melakukan operasi tulang belakang.
"Aku enggak memberanikan operasi sih. Belum, sampai saat ini. Dan untungnya sekarang udah enggak terlalu sakit," pungkasnya.
Apa Skoliosis? Yuk Kenali dan Intip Cara Mendeteksinya
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berkembang terutama pada masa pertumbuhan, yang 70 persen lebih sering terjadi pada perempuan.
Pada gangguan ini tulang belakang menjadi membengkok dan memutar sehingga badan penderitanya menjadi tampak miring.
Melansir Spine Clinic, biasanya gejala menjadi semakin jelas terlihat pada anak usia sekolah dan remaja, tetapi jika tidak diatasi dapat menjadi lebih berat dan berlanjut hingga usia dewasa.
Dokter Spine Clinic Family Holistic, dr Regina Varani, menyebut tidak jarang penderita ataupun orang tuanya baru menyadari ada skoliosis saat kemiringannya sudah besar yaitu di atas 40 derajat, karena itu penting sekali mendeteksi kelainan ini secara dini.
Bagi para orang tua di rumah atau mungkin bagi kalian yang curiga mengalami skoliosis, ini tiga gejala fisik paling sering yang terjadi pada penderita skoliosis:
- Pundak tinggi sebelah
Biasanya akan lebih jelas terlihat saat kita mengamati dari belakang dan pasien diminta untuk rileks, amati apabila pundak lebih tinggi atau tampak rounding di satu sisi.
- Panggul tinggi sebelah
Biasanya dapat diamati saat pasien berdiri, dilihat apakah celana atau rok tampak simetris atau lebih tinggi sebelah, bisa juga dilihat posisi retsleting apa di tengah atau cenderung miring.
- Tampak punuk di punggung bagian atas ataupun bawah
Untuk melihat ini lebih jelas biasanya penderita diminta membungkukkan badan, dengan membungkuk akan lebih jelas terlihat apa ada penonjolan punuk di satu sisi, yang menunjukkan adanya perputaran tulang belakang.
"Selain itu mungkin juga didapatkan keluhan berupa nyeri, pegal, sakit kepala, sesak, atau hingga kecemasan dan depresi. Karena itu jika ditemukan keluhan seperti di atas, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apa memang mengalami skoliosis," kata dr Regina Varani dalam keterangan yang diterima, Kamis (21/1/2021).
Skoliosis sebetulnya jarang sekali menimbulkan kesakitan yang mengancam nyawa, tapi tetap penting untuk ditangani karena selain memberi keluhan kesehatan, secara jangka panjang ia dapat mempengaruhi tingkat produktivitas dan psikologis seseorang.
Bahkan salah satu riset melaporkan 56 persen remaja dengan skoliosis merasa tidak percaya diri dan merasa tertekan dengan bentuk tubuh mereka.
Dan 1 dari 3 remaja dengan skoliosis mengalami gangguan emosional dan psikologis.
Apalagi pada perempuan usia remaja dimana tampilan fisik menjadi salah satu perhatian utama, sangat penting mengatasi gangguan skoliosis dalam bentuk terapi secara klinis dan juga dukungan moral agar mereka bisa menerima kondisinya dan tetap percaya diri.
(Grid.ID/Menda Clara Florencia/Tribunnews.com/Hasiolan Gultom)