Dampak Stigma Buruk bagi Pasien Kesehatan Mental
Seseorang yang mempunyai masalah kesehatan mental seringkali mendapat stigma buruk.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Seseorang yang mempunyai masalah kesehatan mental seringkali mendapat stigma buruk.
Padahal stigma buruk dari masyarakat dapat menghalangi penanganan pasien dengan masalah kesehatan mental.
“Stigma itu menjauhkan pasien dari penangan terbaik yang bisa didapatkan,” ungkap Psikolog CPMH UGM Nurul Kusuma Hidayati M.Psi., kegiatan kuliah online Masalah keluarga, beberapa waktu lalu
Ia juga mengungkapkan, kesadaran kesehatan jiwa di Indonesia memilki tren meningkat, namun masih terkekang oleh tebalnya stigma buruk di masyarakat.
Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Sayang Sampai Mati - Repvblik: Rasaku Membahana Getarkan Jiwa
Baca juga: Resolusi Jennie BLACKPINK Tahun Ini, Fokus Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Praktik memasung, memilih diam, menyembunyikan, mengucilkan orang dengan gangguan jiwa masih kerap ditemui. Tidak sedikit orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) ditinggalkan di jalan, berkeliaran, dan dianggap malu keluarga.
Sering kali, akibat stigma ini orang dengan gangguan mental tertunda dalam mencari pertolongan bahkan hingga tidak ingin mencari pertolongan.
“Stigma ini menghalangi proses penerimaan seseorang yang memiliki gangguan mental. Padahal dalam proses pemulihan, penerimaan menjadi langkah awal yang besar,” tambah Wirda.
Nurul membagi Stigma menjadi 2 bagian yaitu Self Stigma dan Public Stigma. Untuk mengatasi self stigma yaitu dapat dengan meningkatkan literasi kesehatan mental, membantu restrukturisasi kognitif, dan memberdayakan individu, memiliki dukungan dari teman dan keluarga, serta mencari peer support.
Sedangkan untuk mengatasi public stigma perlu adanya edukasi dan meningkatkan literasi, menciptakan kontak sosial, dan perlu adanya advokasi sitemik terkait kesehatan mental di masyarakat.
“Dengan adanya advokasi sistematik yang terpusat, dengan atau tanpa kesadaran terkait kesehatan mental maka langkah langkah dalam mengatasi stigma dapat terlaksanakan,” papar Nurul.
Stigma ini dapat diintervensi melalu Go-To Educator Traning yaitu program pengintegrasian pendidik, birokrat pendidik, profesi onal perawat kesehatn mental, juga dengan Acceptance and Commitment Threapy yang dapat menawarkan alternatif untuk melemahkan dampak negatif dari self stigma. Serta Art intervention yang dapat efektif mengurangi efek stigma terkait kesehatan mental hingga efek terkecil.