Sutradara Film Nyanyian Akar Rumput Yuda Kurniawan Alami Insiden Kaca Dilempar Batu saat Naik Kereta
Yuda Kurniawan, sutradara film Nyanyian Akar Rumput alami insiden pelemparan batu di gerbong kereta yang ditumpanginya.
Penulis: Salma Fenty Irlanda
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Insiden kurang menyenangkan dialami sutradara film dokumenter Wiji Thukul Nyanyian Akar Rumput, Yuda Kurniawan.
Yuda Kurniawan mengalami insiden dilempar batu saat menumpangi Kereta Api Taksaka, jurusan Gambir menuju Yogyakarta
Peristiwa itu dialami Yuda siang ini, Rabu (4/1/2023) sekira pukul 12.00 WIB.
Baca juga: Menghidupkan Kembali Karya Wiji Thukul dalam Film Nyanyian Akar Rumput
Dalam keterangannya yang dikutip Tribunnews dari Instagram @yuda.kurniawan, sang sutradara menceritakan detik-detik pelemparan batu tersebut terjadi.
"Enak-enak tidur tiba-tiba kaca jendela tepat di belakang kursiku dilempar batu oleh orang iseng," tulis Yuda.
Ia menyebut insiden itu terjadi ketika kereta melewati daerah setelah Stasiun Cirebon.
Dalam video pendek tersebut, Yuda menunjukkan potret kaca gerbong kereta tampak hancur.
"Pecahan kaca berserakan, suaranya kencang bikin kaget orang segerbong," tambahnya.
Sementara, lemparan itu menyisakan sebuah lubang di kaca gerbong.
Yuda juga menunjukkan kondisi seorang pria yang duduk di sisi jendela tersebut.
"Untung si bapak yang duduk di samping jendela tidak terluka," tandas Yuda.
Ia pun tampak me-mention KAI untuk menindaklanjuti kejadian yang sudah sering terjadi ini.
"Semoga tidak terulang lagi dan pelaku bisa ditangkap agar ada efek jera. Sangat membahayakan orang lain!" tegas Yuda.
Sementara itu, dihubungi Tribunnews terkait kondisinya, Yuda mengaku baik.
"Saya baik-baik saja," ujarnya.
Sebagai informasi, Yuda Kurniawan adalah produser dan sutradara film peraih Piala Citra, Festival Film Indonesia.
Ia juga CEO dan pendiri PT. Rekam Sinema Indonesia (Rekam Docs) sebuah perusahaan film yang berbasis di Depok, Jawa Barat.
Film-film yang ia produksi bersama Rekam Docs telah diputar diberbagai festival film baik di dalam dan luar negeri dan telah meraih beberapa penghargaan, salah satunya NETPAC Award (Network for the promotion of Asia Pasific Cinema) sebuah penghargaan yang diberikan kepada Sutradara Asia yang menunjukkan kontribusi penting bagi gerakan sinema Asia baru.
Beberapa karya Filmnya antara lain: Masih Ada Asa (2015), Jalan Dakwah Pesantren (2016), Nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2017 Balada Bala Sinema (2017) dan Pemenang Piala Citra FFI 2018 Nyanyian Akar Rumput (2018).
Untuk kategori film dokumenter panjang terbaik dan telah diputar dilebih dari 20 festival film baik di dalam maupun luar negeri.
Salah satu yang paling bergengsi adalah Asia Pacific Screen Award 2019 yang diadakan di Brisbane, Australia.
Nyanyian Akar Rumput juga telah diputar serentak di jaringan bioskop komersial pada 16 Januari 2020 lalu.
Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun, mulai dari tahun 2014 hingga 2018, mengikuti Fajar Merah (21 Tahun) putra Wiji Thukul - seorang sastrawan dan aktivis HAM yang "dihilangkan" pada tahun 1998 oleh Rezim Presiden Soeharto.
(Tribunnews.com/ Salma)