Kemenkes Ungkap TBC Paling Banyak Menyerang Usia Produktif
Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2022, jumlah kasus TBC terbanyak ada pada usia produktif yaitu 25 sampai 34 tahun.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2022, jumlah kasus TBC terbanyak ada pada usia produktif yaitu 25 sampai 34 tahun.
Sedangkan di Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak juga pada kelompok usia produktif, terutama pada usia 45 sampai 54 tahun.
Usia tersebut merupakan usia di mana mayoritas orang-orang bekerja.
Baca juga: Rentan Penularan TBC pada Anak Lewat Droplet Orang Dewasa
Selain itu, jumlah kasus TBC sensitif obat berdasarkan jenis pekerjaan tahun 2022 paling banyak dialami oleh buruh.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi, MPHM
"Berdasarkan jenis pekerjaan, butuh sebanyak 54.800 orang. Kemudian petani 51.900 orang, dan wiraswasta 44.200 orang," ungkapnya pada kanal resmi Kementerian Kesehatan, Jumat (17/3/2023).
Sementara untuk jumlah kasus TBC resisten obat berdasarkan jenis pekerjaan di 2022 paling banyak ada di wiraswasta 751 orang.
Lalu diikuti dengan buruh yaitu sebanyak 635 orang, dan pegawai swasta BUMN atau BUMD 564 orang.
Di sisi lain, angka keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat di Indonesia terhitung cukup baik yaitu pada 2022 mencapai hingga 85 persen.
Keberhasilan paling tinggi adalah pada tenaga profesional medis 79 persen, tenaga profesional non medis 78 persen, PNS 73 persen kemudian disusul dengan yang lain.
Sedangkan angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat di Indonesia tahun 2022 secara umum keberhasilannya 55 persen.
Dari angka tersebut, tenaga profesional medis berada di posisi tertinggi yaitu 75 persen.
Disusul tenaga profesional non medis 67 persen, guru atau dosen 66 persen, diikuti profesi yang lainnya.
Lebih lanjut Imran menegaskan jika edukasi berpengaruh sangat penting untuk menangani kasus TBC.
"Edukasi itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan TBC karena pengobatannya lama. Kalau TB SO itu 6 bulan minimal, kalau TB RO itu minimal 1 tahun," ujar dr. Imran pada konferensi pers hari TBC.
Selain edukasi, menurut Imran ada hal lain yang perlu diperhatikan.
Seperti bagaimana membuat masyarakat mempunyai akses yang baik dalam mendapatkan penanganan penyakit TBC.
Hal ini dikarenakan berdasarkan data kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, lebih dari 80 per pekerja informal tidak mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan.