Kisah Perjuangan Agasyah Karim Menjadi Penulis Naskah Film, Berawal dari Hobi Menulis Sejak SMA
Minat Aga terhadap kepenulisan sudah terlihat sejak ia menimba ilmu di SMA Pangudi Luhur, Jakarta.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Agasyah Karim, atau biasa dipanggil Aga, sudah tidak asing di industri perfilman. Ia merupakan seorang penulis naskah.
Karya-karyanya mencakup film layar lebar seperti Madame X (2010), Badoet (2015), Mau Jadi Apa? (2017), Waktu Maghrib dan Sewu Dino (keduanya 2023); film animasi seperti GWK: Petualangan Garuda Cilik (2015), pemenang Piala Citra untuk Film Animasi Terbaik dalam FFI 2016; serta serial seperti Suka Duka Berduka (2022) dan Teluh Darah (2023).
Baca juga: Profil Mochtar Pabottingi, Penulis dan Ilmuwan Politik yang tengah Koma, Eks Peneliti Utama LIPI
Minat Aga terhadap kepenulisan sudah terlihat sejak ia menimba ilmu di SMA Pangudi Luhur, Jakarta.
Dia merupakan kontributor Keris PL, majalah sekolah yang membahas kehidupan siswa SMA PL.
"Di situ saya sadar, kalau menulis itu menyenangkan," kata Aga.
Hal tersebut diungkapkannya pada acara Ruang Inspirasi Alumni SMA PL.
Hobi menulis juga ditekuni Aga saat kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad).
"Saya dan teman-teman mendirikan majalah kampus. Dulu kebanyakan majalah kampus bahasannya serius, tapi kami bikin yang beda. Bahasannya lifestyle, musik, olahraga, gosip kampus. Di situ saya nerapin gaya tulisan dengan komentar 'red' (redaksi) yang terinspirasi Keris PL. Eh, ternyata banyak yang suka," ucap Aga.
Baca juga: Produser dan Penulis Naskah Film Shadows Bakal Berbagi Pengalaman Soal Pembiayaan Pembuatan Film
Lulus dari bangku kuliah, Aga bekerja sebagai copywriter di berbagai biro iklan multinasional di Jakarta.
Kegiatan menulis skenario film dilakukan Aga sambil mengisi waktu luang.
Ketertarikan Aga menulis skenario dimulai pada tahun 1998, sejak ia dan sepupunya, Khalid Kashogi, yang kini jadi partner menulisnya, membaca buku penulisan dasar skenario karya Syd Field.
Sejak itu, Aga dan Ogi rajin menulis skenario-skenario film tanpa pemesan.
"Waktu itu tulisan kami masih amburadul banget. Tapi kami terus menulis dan menulis, dan akhirnya, pada tahun 2004, kami menghasilkan satu skenario yang menurut kami layak untuk ditawarkan ke para produser," cerita Aga.
Di sini, Aga bersyukur pernah bersekolah di SMA Pangudi Luhur.
Berkat jejaring koneksi alumni PL, cerita komedi satir tentang judi bola itu, berhasil diproduksi dengan judul Gara-Gara Bola.
"Tahun 2005, sineas Nia Dinata bersedia memproduserinya. Bersama-sama kami mencari investor. Tahun 2007 saya bertemu dengan beberapa alumni PL. Karena suka banget dengan skenarionya, mereka ngenalin saya dengan investor film yang lagi cari proyek untuk didanai. Akhirnya filmnya bisa diproduksi. Gara-Gara Bola jadi gara-gara PL brotherhood," jelas Aga.
Film yang dibintangi Herjunot Ali dan Winky Wiryawan itu juga menandai penampilan perdana aktris Laura Basuki.
Dalam ajang Indonesian Film Awards 2009, Gara-Gara Bola mendapat lima nominasi, termasuk film terbaik.