Sayangnya, sang nenek meninggal dunia dan rencana pernikahan Tina Toon sempat buyar.

"Tapi ternyata takdir berkata lain, oma memburuk, sampai akhirnya meninggal dunia di Desember."

"Kita semua syok juga, akhirnya buyar rencana yang tadinya begini-begitu."

"Tapi akhirnya kita bersepakat untuk 'Ya udah, aku mau married nih, gimana ya untuk ke depannya?'" sambungnya.

Lebih lanjut, Tina Toon kemudian menyinggung tradisi Tionghoa terkait pernikahan yang harus ditunda saat ada keluarga yang meninggal dunia.

"Ternyata kalau di tradisi kita, kebetulan suami juga cukup kentel ya tradisinya, itu harus ditunda tiga tahun, itu 1.000 hari, dari 100 atau 1.000 hari," ucapnya.

Namun, Tina Toon merasa terlalu lama apabila pernikahannya harus ditunda hingga tiga tahun.

Hal ini mengingat usia Tina Toon yang semakin bertambah.

Akhirnya, Tina Toon dan keluarga sepakat untuk melangsungkan pernikahan secara sederhana.

"Di situ kita juga pusing lagi, kalau kepercayaan kan masing-masing, balik lagi kan toleransinya harus ketemu di tengah, 'Aduh kalau tiga tahun kelamaan'."

"Masa delapan tahun pacaran? Terus umur kan bertambah terus juga sebagai perempuan."

"Akhirnya kita bicarakan lagi, boleh asal tidak yang pesta, akhirnya rembug lagi, akhirnya di gereja sama di KUA," bebernya.

Tak dipungkiri, Tina Toon pun ingin memakai baju pengantin untuk acara pernikahan.

Dalam momen bahagia tersebut, hanya 50 orang yang hadir di pernikahan Tina Toon, yakni terdiri dari keluarga inti.