Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Ini Alasan Sutradara Pilih Seorang Guru BK Jadi Tokoh Utama di Film Budi Pekerti

Melalui film ini, Wregas ingin mempersembahkan kepada gurunya serta guru lainnya yang ada di Indonesia sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Ini Alasan Sutradara Pilih Seorang Guru BK Jadi Tokoh Utama di Film Budi Pekerti
Tribunnews.com/ Alivio
Wregas Bhanuteja, sutradara film Budi Pekerti. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film Budi Pekerti mengangkat kisah seorang guru BK bernama Bu Prani yang video perselisihannya dengan pengunjung pasar berakhir viral di media sosial. 

Akibat tindakannya yang dinilai tak mencerminkan pribadi seorang guru, Bu Prani dan keluarganya mendapat perundungan di media sosial atau cyber bullying. 

Kesalahan-kesalahan keluarga Bu Prani dicari-cari oleh warganet sampai pekerjaannya terancam hilang.

Dalam film ini, Wregas Bhanuteja selaku sutradara menjelaskan bahwa apa yang terjadi di internet belum tentu sama seperti aslinya.

Baca juga: Usai Toronto, Wregas Sebut Film Budi Pekerti Dapat Tawaran Tayang di Meshir dan Brazil

Tak hanya itu, Wregas juga memiliki alasan tersendiri memilih guru BK sebagai tokoh utama dalam film ini.

"Saya ada pengalaman personal dengan seorang guru BK, guru BK orang yang membentuk kepribadian saya pada saat SMP ada guru BK yang dekat dengan saya," kata Wregas ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Selatan, Selasa (26/9/2023). 

BERITA REKOMENDASI

"Dia mengajari saya untuk merenung atau merefleksikan ketika saya sedang bersedih atau gagal," lanjutnya.

Melalui film ini, Wregas ingin mempersembahkan kepada gurunya serta guru lainnya yang ada di Indonesia sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

"Itu adalah tribute kepada seorang guru yang banyak memberikan pembentukan karakter untuk banyak manusia," tutur Wregas.

Wregas juga menilai, mengangkat kisah guru dalam film Budi Pekerti di era saat ini sangat tepat.

Sebab, guru kerap menjadi kambing hitam di sosial media karena sikapnya kepada murid misalnya terlalu kasar.


"Dengan keviralan media sosial sekarang tanpa melihat yang terjadi aslinya, hidup seorang guru bisa terancam hancur seperti yang ada di berita-berita yang kita dengar sekarang," pungkas Wregas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas