Sempat Dicekik oleh Kekasihnya hingga Tak Bisa Napas, Safa Marwah: Saya Masih Takut dan Trauma
Safa Marwah mengaku masih trauma menjadi korban penganiayaan kekasihnya yang bekerja sebagai ASN di Kementerian Dalam Negeri.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Intan Dea Tiyana atau Safa Marwah masih merasa trauma setelah menjadi korban penganiayaan kekasihnya.
Pelaku penganiayaan, yakni TI adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Diketahui, Safa Marwah mengalami penganiayaan berulang kali sejak Agustus 2022, mulai dari dijambak, dipukul, hingga didorong.
Bahkan, pelipis kiri Safa Marwah robek akibat penganiayaan tersebut.
Dikutip dari YouTube Intens Investigasi, Kamis (5/10/2023), kuasa hukum Safa Marwah, Martin Simanjuntak menyampaikan tindak penganiayaan yang kembali dilakukan TI saat marah kepada kliennya.
Baca juga: Biayai Pacarnya yang Kerja sebagai PNS, Safa Marwah Justru Berkali-kali jadi Korban Penganiayaan
Ketika itu, TI tak setuju Safa Marwah ikut ke Bandung.
"Si TI yang hampir setiap hari kebutuhannya dicukupi oleh Safa Marwah ini mengatakan ingin pergi ke Bandung."
"Karena punya hubungan dan sering dibiayai kan wajar seorang pacar tanya 'Kenapa ke Bandung? Boleh dong saya ikut?'"
"Karena si TI tidak setuju dan marah, Safa spontan, 'Ya udah, kalau mau pergi nggak ngajak saya, bayar utangmu', masih punya utang dia sekitar 30 jutaan," terang Martin Simanjuntak.
Tak terima, TI justru mencekik Safa Marwah selama beberapa menit hingga tidak bisa bernapas.
"Ketika ditagih utang bukannya dia tau diri atau meninggalkan Safa Marwah, justru menghadiahi cekikan maut."
"Sampai Safa itu tidak bisa bernapas, kurang lebih 1-2 menit dicekik," beber Martin.
"Lebih, 4-5 menit," sahut Safa Marwah.
Bahkan, Safa Marwah sempat pingsan setelah dicekik, sementara TI hanya melihat dan tak ada penyesalan.
"Dicekik, ditarik, dan didorong sampai terjatuh dan Safa pingsan, kurang lebih 3-4 menit dan dia hanya menonton, seperti tidak ada penyesalan," ungkap Martin.
Safa Marwah kemudian tersadar bahwa TI tak dapat dimaafkan lagi dan akhirnya ia melapor ke polisi.
"Di situ akhirnya Safa terbuka matanya bahwa laki-laki ini sudah tidak layak lagi untuk dibukakan pintu hati."
"Oleh karena itu, Safa membuat laporan polisi atau pengaduan dan dirujuk untuk visum," tuturnya.
Safa Marwah ingin kasus ini segera diproses dan hingga kini, ia masih takut dan trauma.
"Saya cuma pengin keadilan yang seadil-adilnya, pengen segera diproses saja."
"Saya terpukul, saya masih takut, masih trauma," papar Safa.
Lebih lanjut, Safa Marwah mengaku TI berjanji untuk menikahinya.
Hal itu membuat Safa Marwah memilih sabar meski menjadi korban penganiayaan berulang kali.
"Setiap kekasaran yang dia buat, dia selalu melindungi saya agar tidak nelepon siapa-siapa, tidak lapor siapa-siapa."
"Dia menjanjikan menikahi saya, makanya saya sabar, sabar, sabar, dua tahun hubungannya," imbuhnya.
Safa Marwah mengatakan, dirinya dan TI kerap cekcok karena masalah sepele.
"Hal-hal sepele kita berantem, misalkan dia mau ke mana, saya ingin ikut."
"Biasanya boleh, kok ini nggak boleh," ujarnya.
Rupanya, selama ini orang tua Safa Marwah tak tahu anaknya dianiaya oleh sang kekasih.
Safa Marwah sampai berbohong saat wajahnya kepergok babak belur.
"Tidak, orang tua saya tidak tau, pernah di bulan puasa tahun kemarin saya muka babak belur."
"Saya orang Bandung, saya pulang ke Bandung, orang tua tanya 'Kenapa itu?' Saya jawab jatuh, padahal karena dia."
"Saya sembunyi-sembunyikan dari semuanya dan saya nggak pernah posting-posting kesedihan atau luka-luka atau apa, baru sekarang, sudah cukup, sudah tidak kuat," tutup Safa Marwah.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Berita lainnya terkait Safa Marwah