Rekam Jejak Cak Diqin, Legenda Campursari yang Telah Meninggal Dunia Hari ini, Sempat 2 Kali Nyaleg
Berikut inilah rekam jejak dari penyanyi sekaligus penulis lagu Campursari legend, Cak Diqin.
Penulis: Rinanda DwiYuliawati
Editor: Yurika NendriNovianingsih
TRIBUNNEWS.COM - Berikut inilah rekam jejak dari penulis sekaligus penyanyi lagu Campursari, Cak Diqin.
Pemilik nama lengkap Muhammad Sodiqin dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (10/11/2023 pukul 07.00 WIB.
Jenazah Cak Diqin akan disemayamkan di rumah duka Ngangkruk, Boyolali.
Lalu, rencananya akan dimakamkan di daerah Banyuwangi.
Lantas, seperti apa rekam jejak penyanyi Campursari senior ini? Simak penjelasan di bawah ini.
Baca juga: BREAKING NEWS - Legenda Campursari Cak Diqin Meninggal Dunia
Profil Cak Diqin
Muhammad Sodiqin atau yang kerap disapa Cak Diqin lahir pada 15 April 1965.
Dalam perjalanannya, ia menikah dengan Nyimut Sri Lestari dan dikarunai empat anak.
Ke empat anak Cak Diqin bernama Muhammad Fajrul Khadafi, Muhammad Sunan Alit, Yaqin Salsabila Hananti, dan Renik Nada Lokananta.
Jejak Karier
Cak Diqin merupakan satu sosok musisi legend di bidang Campursari.
Ia memulai karier di bidang musik campursari sekitar tahun 1990-an.
Sebagai penyanyi, Cak Diqin telah menghasilkan lebih dari 45 album campursari dengan lagu-lagu yang terkenal di antaranya "Cinta Tak Terpisahkan", "Sida Randha", dan "Susu Boyolali".
Sebagai penulis lagu, Cak Diqin telah menulis tidak kurang dari 100 lagu campursari.
Pernah Bekerja jadi Pegawai Negeri Sipil
Rupanya, sebelum menyandang gelar seniman, Cak Diqin pernah berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Cak Diqin pernah menjabat sebagai Penilik Kebudayaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura di tahun 1986.
Saat itu ia ditugaskan di Kecamatan Sentani.
Sempat Nyalon jadi Calon Legislatif (CALEG)
Bahkan, Cak Diqin juga sempat mengikuti kentestasi pemilihan legislatif.
Dua kali nyalon, namun keduanya berujung gagal.
Penyanyi lagu Tragedi Tali Kutang tersebut mengungkapkan, ia mencoba peruntungan sebagai calon anggota legislatif pada tahun 2009.
"Saat itu saya sering digondol kemana-mana sama partai politik, buat kampanye, kemudian saya diajak aja," ungkap Cak Diqin kepada Tribunnews melalui telekonferensi video, Jumat (12/6/2020).
Cak Diqin menyebut, pengalaman nyaleg tersebut sebagai wujud mewarnai hidup.
"Ya sedikit untuk mewarnai kehidupan, saat itu ramai-ramai bersama Eko Patrio, Anang Hermansyah, di tahun 2009, namun belum berhasil," ungkapnya.
Kemudian Cak Diqin kembali nyaleg pada 2019 namun kembali gagal.
"Berarti maqomnya tidak di dunia politik, tapi di dunia kesenian," ungkap Cak Diqin.
Cak Diqin pun mengaku kapok dan tidak mau lagi mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
"2024 udah enggak lagi, saya insyaallah cenderung kepada kesenian," ungkapnya.
Bangun Ponpes di Boyolali
Kemudian, Cak Diqin juga mendirikan pondok pesantren (ponpes) di Boyolali, Jawa Tengah.
"Lokasinya di Kecamatan Banyudono, Boyolali, namanya Ponpes Tanah Jawi," ungkapnya.
Penghargaan
- Penghargaan "Karya Produksi Terbaik Bidang Lagu Berbahasa Daerah" dari AMI Awards 2006 (bersama Ami Ds).
- Rekor MURI nomor 2944 untuk pentas campursari tanpa henti 33 jam, 33 menit, 33 detik (sebagai ketua CCI, dibantu Pemerintah Kabupaten Karanganyar) tahun 2007.
- Rekor MURI untuk pentas campursari tanpa henti 66 jam, memperingati HUT Bhayangkara tahun 2012 (sebagai ketua CCI, didukung Polda Jawa Tengah).
- Rekor MURI untuk pentas campursari tanpa henti 73 jam, memperingati HUT TNI, tahun 2014 (sebagai ketua CCI, didukung Kodam IV/Diponegoro).
- Rekor MURI untuk pentas campursari tanpa henti 90 jam, memperingati Hari Jadi Gunungkidul yang ke-185 (didukung oleh Pemda Kabupaten Gunungkidul dan 45 Grup campursari dari Gunungkidul dan sekitarnya).
(Tribunnews.com/Rinanda/Wahyu Gilang Putranto)