Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Menikah Terlalu Muda Picu Angka Baby Blues Ibu di Indonesia Tinggi, Ini Analisa Psikolog

Angka baby blues pada ibu Indonesia cukup tinggi. Hal ini berkaitan dengan usia ibu. Jika terlalu muda akan pengaruhi kesiapan psikologinya.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Menikah Terlalu Muda Picu Angka Baby Blues Ibu di Indonesia Tinggi, Ini Analisa Psikolog
Freepik
Ilustrasi baby blues. Angka baby blues pada ibu Indonesia cukup tinggi. Hal ini berkaitan dengan usia ibu. Jika terlalu muda akan pengaruhi kesiapan psikologinya. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka baby blues pada ibu Indonesia cukup tinggi. Hal ini berkaitan dengan usia ibu. Jika terlalu muda akan pengaruhi kesiapan psikologinya. 

Baca juga: Baby Blues yang Dialami Ibu di Indonesia Termasuk Tertinggi di Asia, Apa Penyebabnya?

Dilansir Tribunnews.com sebelumnya, angka baby blues pada ibu Indonesia cukup tinggi diungkap Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K).

"Sebanyak 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga  tertinggi di Asia dengan risiko baby blues terbesar," ungkap dr Hasto pada keterangannya, Selasa (30/1/2024).

Terkait hal ini, Psikolog di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Naftalia Kusumawardhani, S.Psi, M.Si.Psikolog mengimbau untuk menunda pernikahan apabila usia calon pengantin masih terlalu muda. 

Hal tersebut dikarenakan secara psikologis belum siap untuk menjadi orangtua.

Baca juga: Karang Cerita Bayinya Hilang Misterius di Cianjur, Alika: Saya Tertekan, Depresi, dan Baby Blues

Ada banyak perubahan kehidupan setelah menjadi orangtua yang mengagetkan dan menyita perhatian orangtua baru. 

Berita Rekomendasi

Tidak hanya tentang mengasuh anak, perihal hubungan antar anggota keluarga mertua dan ipar juga mengalami transisi.

Ibu yang terlalu lelah dan memiliki beban tambahan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi. 

"Ibu stres, ASI tidak keluar, kelelahan sampai tidak sempat memperhatikan gizi dalam menu makanan bayi, akibatnya pengasuhan di 1000 Hari Pertama Kehidupan kurang optimal," papar Naftalia pada keterangannya, Selasa (30/1/2024). 

Maka, Naftalia menekankan para calon orangtua harus memiliki pengetahuan tentang kehamilan sampai pasca melahirkan secara menyeluruh. 

Menambah wawasan ini akan membentuk kesiapan dan mengoptimalkan persiapan calon orangtua serta meminta dukungan keluarga. 

Persiapan dalam segala aspek tidak hanya finansial, melainkan juga secara fisik dan psikologis.

Masa nifas merupakan periode kritis untuk ibu, waktu yang dibutuhkan ibu untuk pemulihan secara fisik dan psikologis. 

"Perlu diketahui para calon orangtua, apa saja yang terjadi di tiga periode penting selama nifas yaitu pada hari ke satu sampai hari ke tiga. Kemudian hari ke tiga sampai 10. Di hari ke 10 sampai kurang lebih minggu ke enam," kata Naftali.

Naftalia membagikan cara selanjutnya dalam mengatasi baby blues setelah melahirkan, melalui teknik relaksasi. 

"Ibu bahagia bayi sehat, tidak ada ibu yang sempurna. Hanya ada ibu yang mau menjalani semua proses kehamilan dan kelahiran," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas