Putri Masyita Lebih Baik Jadi JOMO Ketimbang FOMO
Seiring menjamurnya penggunaan internet dan media sosial, edukasi mengenai FOMO menjadi penting.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Fear of Missing Out atau disingkat FOMO merupakan fenomena untuk menggambarkan seseorang yang takut kehilangan momen terkini.
Influencer Putri Masyita menilai FOMO ditandai perasaan tidak nyaman pada seseorang yang merasa bahwa mereka kehilangan kesempatan dan merasa tertinggal dalam hal-hal tertentu.
Seseorang, lanjut dia, akan merasa bahwa orang lain memiliki kehidupan yang lebih seru.
"Kita jug merasa orang lain melakukan lebih banyak hal dan mengetahui lebih banyak hal daripada kita, sehingga kita merasa tertinggal,” ujar Putri Masyita saat webinar Makin Cakap Digital 2024, bertema ‘Fear of Missing Out (FOMO) Sindrom Sosial Jaman Now, Rabu (24/4/2024).
Lebih lanjut, Putri menjelaskan bagaimana caranya mengindari FOMO.
Baca juga: Korban FOMO Merapat, Muncul Virus VOMO yang Bisa Cegah Perempuan Tertipu Skincare Palsu!
Menurut dia, penting untuk fokus kepada diri sendiri.
"Berpikirlah kalau kita tidak harus memiliki dan melakukan segalanya. Nikmatilah setiap proses yang dilakukan, dan membatasi penggunaan sosial media setiap harinya," ucap istri sutradara Sondang Pratama.
Bagi Putri, daripada merasa FOMO lebih baik merasa JOMO atau Joy Of Missing Out.
"JOMO adalah kondisi di mana seseorang merasa menikmati menjadi diri sendiri tanpa harus terbebani rasa ketinggalan karena tidak melakukan apa yang orang lain lakukan," terangnya.
Materi FOMO disampaikan di hadapan guru dan murid di Kabupaten Sorong Papua Barat.
Seiring menjamurnya penggunaan internet dan media sosial, edukasi mengenai FOMO menjadi penting.
Topik tersebut sangat menarik perhatian para peserta workshop.
Inti yang mereka peroleh, adalah tidak semua hal baru yang menjadi tren saat ini harus dicoba atau dilakukan karena takut ketinggalan zaman.
"Segala sesuatu yang kita lakukan harus dipertimbangkan matang-matang disesuaikan dengan tingkat usia dan
kemampuan diri," ucap Putri.
Tentu kematangan diri dalam mengolah informasi ini akan menjadi modal utama dalam pengembangan diri dan membaur di dunia digital.
Workshop daring ini diharapkan mendukung transformasi digital Indonesia. Sejauh ini respons masyarakat sangat baik.
"Terbukti perkembangan literasi digital masyarakat dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan meningkatnya pengguna internet di Indonesia,” kata Dirjen Aptika Samuel Abrijani Pangerapan dalam sambutannya.
Selain Putri Masyita, dua narasumber yang terlibat dalam webinar tersebut, antara lain Hayuning Sumbadra dan Yulia Dian.