Bukan Ancaman, Teknologi Digital Jadi Alat Melindungi dan Mempromosikan Karya Musisi
Kemajuan teknologi telah membuka peluang baru bagi para musisi untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri musik Indonesia sedang menghadapi transformasi besar di era digital.
Kemajuan teknologi telah membuka peluang baru bagi para musisi untuk menjangkau audiens yang lebih luas, namun juga menimbulkan tantangan serius terkait perlindungan hak cipta.
CEO PT Dominasi Music Indonesia, Abdul Jasir Nasirudin mengatakan, selaku pelaku industri musik, teknologi digital bukan sebagai ancaman melainkan sebagai alat yang sangat potensial untuk melindungi dan mempromosikan karya musisi Indonesia.
Ia menjelaskan dirinya telah aktif membantu musisi Pantura dalam pengelolaan media sosial yang efektif.
"Juga pelaksanaan kampanye digital yang terukur juga perlindungan hukum atas karya-karya mereka," kata Abdul Jasir saat diskusi tantangan industri musik Indonesia menghadapi transformasi besar di era digital di Jakarta belum lama ini.
Dikatakannya, ia telah membuktikan bahwa kolaborasi antara musisi Pantura dan teknologi digital dapat menghasilkan hasil yang luar biasa.
Mereka tidak hanya berhasil memperluas jangkauan musisi Pantura, tetapi juga memastikan bahwa hak cipta mereka terlindungi dengan baik di dunia digital.
Kehadiran beberapa musisi Pantura dalam diskusi ini memberikan warna tersendiri. Dinda Puspitasari, Yugha, Anggi Rosdiyanto, dan Wisnu Ochol berbagi pengalaman mereka menghadapi era digital.
Mereka mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi, mulai dari pembajakan konten hingga kesulitan dalam monetisasi karya mereka di platform digital.
"Kami ingin karya kami dinikmati oleh banyak orang, tapi juga ingin hak kami sebagai pencipta dihargai," ungkap Dinda Puspitasari, salah satu musisi Pantura yang hadir.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan Dominasi Music telah membuka mata mereka tentang potensi besar teknologi digital dalam mempromosikan musik Pantura.
Yugha, musisi Pantura lainnya, menyoroti pentingnya edukasi bagi para musisi Pantura tentang hak cipta digital.
"Banyak dari kami yang belum paham betul tentang hak cipta di dunia digital. Kami butuh bimbingan dan dukungan untuk bisa berkembang di era ini," jelasnya.
Muara Sipahutar, Strategic Partner Manager YouTube Indonesia mengatakan, youtube menyadari perannya yang vital dalam melindungi hak cipta para kreator konten, termasuk musisi.
Sistem teknologi canggih yang dimiliki YouTube, kata diamendukung program pemerintah dalam berkreasi dan melindungi hak pemilik hak cipta serta hak terkait.
"YouTube berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi semua kreator konten," tegas Muara Sipahutar.
Ia menjelaskan berbagai fitur dan kebijakan YouTube yang dirancang khusus untuk melindungi hak cipta, seperti sistem pelaporan pelanggaran hak cipta yang efisien
"Juga program content ID yang canggih dan mekanisme monetisasi yang transparan bagi pemilik konten," katanya.
Dikatakannya, implementasi teknologi ini tidak hanya melindungi karya musisi, tetapi juga memastikan bahwa mereka mendapatkan kompensasi yang layak atas karya mereka yang dinikmati di platform ini.
Diskusi yang diselenggarakan YouTube ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam melindungi hak cipta musisi Indonesia di era digital.
Diskusi ini telah membuka jalan bagi terbentuknya ekosistem musik digital yang lebih adil dan menguntungkan bagi semua pihak.
Beberapa langkah konkret yang diusulkan dalam diskusi ini meliputi peningkatan edukasi tentang hak cipta digital bagi musisi Pantura.
Kemudian pengembangan teknologi deteksi pelanggaran hak cipta yang lebih canggih, pembentukan forum reguler antara platform digital, label musik, dan musisi dan penyederhanaan proses klaim hak cipta untuk memudahkan musisi independen
"Ini adalah awal dari perjalanan panjang tapi dengan kolaborasi yang erat antara semua pemangku kepentingan, kami yakin industri musik Indonesia akan semakin bersinar di era digital," kata Muara Sipahutar menutup diskusi.(Eko Sutriyanto)