Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Lebih 1,3 Juta Orang di Indonesia Idap Penyakit Lupus, Kemenkes Dorong Deteksi Dini

Lupus merupakan penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Lebih 1,3 Juta Orang di Indonesia Idap Penyakit Lupus, Kemenkes Dorong Deteksi Dini
freepik
Ilustrasi penyakit lupus. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lupus merupakan penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri. 

Berdasarkan studi yang dilakukan Prof. Handono Kalim dan tim di Malang, prevalensi lupus di Indonesia diperkirakan sebesar 0,5 persen, dengan jumlah penyandang lebih dari 1,3 juta orang. 

Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi 15-45 tahun.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat untuk mendorong deteksi dini.

Kemenkes pun akan meluncurkan program SALURI (Periksa Lupus Sendiri) mulai tahun 2025. 

Program ini menyasar calon pengantin wanita sebagai langkah awal pencegahan di kelompok usia berisiko. 

Berita Rekomendasi

SALURI mengajak masyarakat untuk mengenali tanda-tanda lupus secara mandiri dan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) jika menemukan gejala yang mencurigakan.

“Melalui program SALURI, kami berharap masyarakat lebih memahami pentingnya deteksi dini lupus sehingga kasus dapat ditangani lebih cepat dan tepat,” ujar Siti Nadia Tarmizi dilansir dari website resmi (18/12/2024).

Nadia pun melanjutkan, lupus adalah penyakit yang dapat menyerang semua usia, dengan gejala umum berupa kelelahan ekstrem, nyeri sendi, ruam kulit, dan demam berkepanjangan. 

Penanganan yang cepat dan tepat menjadi kunci untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

“Lupus adalah penyakit yang sulit dikenali karena gejalanya bisa menyerupai penyakit lain. Deteksi dini akan membantu pengobatan lebih cepat dan mencegah komplikasi serius,” paparnya. 

Ia pun menekankan bahwa deteksi dini lupus membutuhkan kolaborasi multi-sektor antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi profesi, BPJS Kesehatan, dan media. 

Kemenkes juga telah menyusun pedoman dan modul pelatihan tatalaksana lupus bagi tenaga kesehatan.

Program Rujuk Balik melalui BPJS Kesehatan juga diperkuat agar pasien lupus mendapatkan penanganan berkelanjutan.

Manfaat Deteksi Dini Lupus

Dr. Anna Ariane dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo menjelaskan ada beberapa manfaat dari deteksi dini penyakit lupus:

1. Meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien.

2. Mencegah kerusakan organ seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.

3. Mengurangi biaya pengobatan yang tinggi akibat komplikasi berat.

4. Meningkatkan produktivitas pasien agar tetap dapat bekerja dan beraktivitas normal.

5. Mengurangi flare-up lupus atau serangan penyakit berulang.


Anna juga menegaskan pentingnya pemeriksaan dini pada pasien dengan gejala.

Seperti ruam wajah berbentuk kupu-kupu, nyeri sendi dan pembengkakan, kelelahan berat tanpa sebab jelas, sariawan berulang, sensitif terhadap sinar matahari, dan kelainan ginjal seperti proteinuria. 

Jika ditemukan minimal dua gejala pada organ yang berbeda, pasien perlu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk memastikan diagnosis melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Dengan langkah-langkah pencegahan dan kolaborasi yang kuat, diharapkan jumlah kasus lupus di Indonesia dapat ditekan, serta kualitas hidup penyandang lupus semakin meningkat.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas