Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

The Real Legend Usain Bolt

Usain Bolt akhirnya mempersembahkan apa yang tak diraihnya dalam dua kemenangan sebelumnya di Olimpiade London 2012

zoom-in The Real Legend Usain Bolt
Kuartet sprinter Jamaika 

TRIBUNNEWS.COM – Usain Bolt akhirnya mempersembahkan apa yang tak diraihnya dalam dua kemenangan sebelumnya di Olimpiade London 2012 : rekor Dunia. Puluhan ribu penonton di Stadion Olympic London seakan tersihir ketika Bolt mengambil tongkat estafet dari rekannya dari Jamaika, Yohan Blake, lantas berlari bak kilat untuk menembus finis, dan mengukir rekor dunia baru di nomor 4x100 meter dengan catatan waktu 36.84 detik, Minggu (12/8/2012).

Itulah keping emas ketiga yang diraih Bolt setelah sebelumnya ia menyabet emas di nomor 100 meter, dan 200 meter. Rekor tersebut menyamai tiga keping emas yang diraihnya di Olimpiade Beijing 2008. Bedanya, saat di Beijing ia menyabet tiga emas sekaligus dengan tiga rekor dunia.

Toh, ia tetap manusia istimewa lantaran jadi satu-satunya atlet di kolong jagat yang berhasil meraih enam medali emas dari tiga nomor yang sama di dua kali olimpiade secara berurutan.

Faktanya memang, hingga hampir seabad sejak Olimpiade modern digelar, tak ada seorang atlet pun yang sanggup mengukir rekor Dunia sembari meraih medali emas di nomor 100, 200, dan 4x100 meter. Dan Bolt melakukannya di Beijing 2008 lalu.

Tak ada juga atlet yang meraih kemenangan ganda 100m dan 200m dalam dua kali Olimpiade berurutan. Dan Bolt yang melakukannya pada 2008, dan 2012 ini.

"Akhir yang indah untuk akhir pekan yang indah," kata Bolt. "Apa lagi yang harus saya buktikan untuk membuktikan bahwa saya ini benar-benar seorang legenda?."

Medali perak diraih tim estafet putra Amerika Serikat dengan catatan waktu 37.04 disusul Trinidad & Tobago dengan catatan waktu 38.12 setelah Kanada, yang finis ketiga didiskulifikasi karena berlari di luar lintasan yang ditentukan.

Berita Rekomendasi

Bolt sepertinya sadar benar dirinya jadi pusat perhatian hampir 80 ribu penonton yang memenuhi stadion. Para spektator berteriak-teriak "We want Bolt! We want Bolt!," saat ia turun ke lintasan untuk melakukan pemanasan.

Tim Jamaika terdiri dari Nesta Carter sebagai pelari pertama, diikuti Michael Frater, Yohan Blake, dan Bolt sebagai pelari terakhir. Tiga pelari awal ini sempat bersaing ketat dengan kuarter AS, yang terdiri dari Trell Kimmons, Justin Gatlin, Tyson Gay, dan Ryan Bailey.

Ketika tongkat estafet beralih dari Blake kepada Bolt dari kubu Jamaika, dan dari Gay ke Bailey dari kubu AS, mulai terlihat pergeseran kecepatan yang nyata.

Bolt dengan cepat meninggalkan Bailey. Kendati sudah berusaha sekuat tenaga mengejar, Bailey tetap tercecer. "Wow, dia seperti monster," ujar Bailey yang saat lomba lari 100 meter hanya berada di urutan kelima dengan catatan waktu 9.88 ini.

Bolt terus memacu kecepatan, dan finis dengan catatan waktu 36.84 yang merupakan rekor Dunia baru. Catatan waktu itu mengalahkan rekor sebelumnya yang juga dipegang kuarter Jamaika, 37.04, yang mereka catat saat Kejuaraan Dunia 2011 di Daegu, Korea Selatan.

"Saat Bolt sudah memegang tongkat estafet, tak ada lagi yang bisa kita lakukan selain berharap ia melakukan kesalahan. Tapi hal itu ternyata tak terjadi," kata Tyson Gay.

Setelah mengukir rekor baru, tibalah saat yang ditunggu-tunggu puluhan ribu penggemarnya : selebrasi. Pertama-tama, ia menyimpan ibu jari di depan mulutnya sebagai simbol ejekan terhadap mereka yang mengkritiknya karena ia gagal menorehkan rekor dunia baru di nomor 100m, dan 200m. Setelah itu, Bolt mengangkat kedua tangannya memamerkan bisep, dan ini dia yang menjadi ciri khasnya, dengan takzim ia lantas berpose seperti sedang memanah.

Selanjutnya, ia berdansa di tengah arena mengikuti irama lagu dari "Sweet Dreams (Are Made of This)" dari Eurythmics. Setelah capek berdansa, Bolt kemudian mengenakan kalung medali emas di lehernya, dan mempermainkan telunjuknya ke arah ribuan penonton.

Dengan telunjuknya, ia membuat gerakan seperti gelombang, dan ribuan penonton itu pun ikut bergerak sesuai dengan gerakan dari telunjuk sang legenda.

"Saya sudah mencapai apa yang paling diinginkan seluruh atlet lari di dunia. Saya tak punya tujuan lagi sekarang," kata Bolt sembari tersenyum. Tak ada yang tahu, apakah ia serius, atau bercanda dengan ucapannya tersebut.

Tak ada juga yang tahu, apakah Bolt yang berusia 26 tahun pada 21 Agustus mendatang masih bisa tampil di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil mendatang. (Tribunnews/den)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas