Para Juara Dunia Belum Panas di Sesi Latihan Perdana
Para Juara Dunia belum “panas” nampaknya, setelah pada latihan resmi Seri I Piala Dunia Ketepatan Mendarat
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, PAINAN - Para Juara Dunia belum “panas” nampaknya, setelah pada latihan resmi Seri I Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang (Para Gliding Accuracy World Cup/PGAWC) di Bukit Langkisau, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Jum’at tadi, para penerbang tuan rumah Indonesia menguasai 10 Besar. Hanya penerbang Cina, Ma Qiang, Eko Sugiarto, Juara III Dunia tahun lalu Goran Djurkovic (Serbia) dan Juara IV 2012, Letkol (Kes) Dr. Elisa Manueke yang berhasil menginjak tepat titik Nol.
Sedangkan Juara Dunia Bertahan Putera, Matjaz Feraric (Slovenia), meski hanya selisih tiga sentimeter dari titik nol, menempati urutan ketiga dengan nilai 3. Dalam nomor Ketepatan Mendarat, nilai penerbang diukur dari jarak kaki pertama kali menginjak tanah ke titik Nol dalam sentimeter. Lis Andriana, Juara Dunia Bertahan Putri, dengan nilai 89, menempati urutan 20 Besar.
“Saya tidak pernah ngotot kalau latihan. Hanya karena tadi stall, parasut tidak mau bergerak seperti terkunci, saya terlambat mengurangi ketinggian menjelang mendarat,” ujar atlit asal Kutai Barat, Kalimantan Timur itu. Karakter lokasi pendaratan Pantai Salido sangat unik. Di belakang pantai terdapat sungai, sehingga konsentrasi penerbang harus tinggi jelang mendarat. Karena laut juga harus diwaspadai.
Karena runner up Dunia tahun lalu, Marketa Tomaskova (Republik Ceska) tidak ikut, Lis diperkirakan akan bersaing ketat dengan Juara III Dunia tahun lalu, Tamara Kostic (Serbia). Namun pada latihan resmi yang dimulai setelah kejuaraan dibuka dengan resmi oleh Sekjen FASI Pusat, Marsma TNI Nil Handri, Tamara justru menyodok Lis dan menempati 10 Besar.
Dari 27 pilot yang menempati 10 Besar, hanya sembilan penerbang asing tercatat. Dede Nisbah, anggota tim nasional pada SEA Games XXVI/2011, mengakui diselenggarakannya ajang Seri Piala Dunia di Indonesia, sangat membantu penerbang lokal meningkatkan ketrampilan.
“Kita bisa belajar langsung dari para penerbang kelas dunia, sekaligus bersaing dengan mereka. Itu motivasi tersendiri,” ujar pilot yang pernah menempati peringkat lima dunia Seri PGAWC Putera 2011.
Sayangnya, kurangnya penyokong dana, memaksa para atlit nasional membiayai diri sendiri, jika ingin mengikuti seri lainnya di seluruh dunia. Sehingga tak banyak penerbang handal Indonesia bisa meraih peringkat dunia. Seperti ajang balap Formula I, Seri PGAWC setiap tahunnya berlangsung sebanyak enam seri yang dilanjutkan Super Final. Seri II akan berlangsung di Khao Yai, Suphanburi, Thailand (2-5/5). Seri PGAWC di Painan diikuti 62 penerbang dari 10 negara dan akan berlangsung hingga Minggu (28/4/2013).
Menurut Humas & Press Officer PGAWC Painan 2013, Drs. Tagor Siagian, M.Si, semakin banyaknya kejuaraan yang digelar diberbagai daerah di tanah air, mematangkan teknik banyak bibit penerbang muda berbakat. Salah satunya yang menjadi “ancaman” bagi para penerbang senior nasional adalah penerbang Jhoni Efendi asal Batu, Malang, Jawa Timur. Itu pertanda sangat positif bagi regenerasi penerbang nasional.
Baru seminggu sebelum lomba di Painan, dia menjuarai kejuaraan di Danau Maninjau, Sumatera Barat yang juga diikuti para penerbang Nasional. Jhoni pada latihan resmi saja sudah mencatat nilai 2.
“Jika dia bisa terbang konsisten, bukan hanya para penerbang nasional yang terancam, tapi juga Tiga Besar Dunia tahun lalu. Penerbang tak boleh cepat puas, lalu gegabah justru pada harinya lomba,” ungkap Tagor.
Seperti yang dikatakan Matjas, “Yang penting bukan hasil latihan resmi, tapi lomba sesungguhnya.” Agar hasil kejuaraan diakui resmi, minimal harus berlangsung sebanyak dua ronde. Jika cuaca hujan dan kecepatan angin yang kurang atau berlebihan membatalkan lomba pada Sabtu atau Minggu, maka hasil latihan resmi akan ikut dihitung.