Mereka yang Bekerja di Belakang Layar
Tak bisa dipungkiri betapa suksesnya penyelenggaraan eksebisi berkuda pada Porprov XIV-2013 Jateng
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Tak bisa dipungkiri betapa suksesnya penyelenggaraan eksebisi berkuda pada Porprov XIV-2013 Jateng, dan juga seri kejurnas dari Equestrian Indonesia atau EQINA bertajuk 'Jateng Classic'.
Eksebisi berkuda equestrian Porprov Jateng sudah dilaksanakan pada 8-10 Oktober lalu, diikuti 25 rider dari lima kabupaten/kota di Jawa Tengah. Yakni, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Banyumas, yang menjadi juara umum.
Setelah eksebisi equestrian Porprov Jateng itu berakhir, 'gelanggang' persaingan di Arrowhead stable tak lantas sepi. Penyuka dan pencinta equestrian di Tanah Air langsung disuguhi aroma persaingan yang lebih menyengat dari gelaran Jateng Classic.
Inilah 'event' prestiseus dari EQINA yang mempertemukan rider-rider terbaik dari belasan klub anggota EQINA. Setelah digelar sejak Jumat lalu, Jateng Classic akan berakhir Minggu (13/10/2013) sore ini.
Walau demikian, tentulah harus diakui bahwa suksesnya gelaran eksebisi equestrian Porprov Jateng, dan Jateng Classic, tak hanya dilihat dari atmosfir persaingan luar biasa pada kedua 'event' tersebut.
Suksesnya pelaksanaan kedua 'event' tersebut pastilah tak terlepas dari kerja-keras mereka yang berada dibelakang layar. Mereka, jajaran pengurus EQINA yang menjadi pelaksana dari kedua 'event' itu.
Mereka sudah berada di lokasi perlombaan sejak beberapa sebelumnya. Misalnya, Kabid Binpres EQINA Bibit Sucipto, yang sekaligus menjadi 'event director' eksebisi dan Jateng Classic.
Bibit dibantu langsung oleh kembarannya, Muji, juga Mulyono, dalam membuat 'course' dari tunggang serasi dan lompat rintangan kedua 'event' itu. Dua legenda hidup equestrian, yakni Nico Pelealu dan James Momongan, menjadi dua figur utama 'mengeksekusi' penampilan para rider.
Mereka juga dibantu Jeffry Mardi, yang sekaligus merumuskan jadwal perlombaan. Masih ada sejumlah figur yang peranannya tak kalah penting. Sebut misalnya Shanti Sadono, putri dari pemilik 'Kemchiks' Bob Sadino.
Shanti, yang sudah tak lagi aktiv mengikuti perlombaan, kini menjadi bendahara EQINA. Di eksebisi Porprov dan Jateng Classic, Shanti bahu membahu bersama Riesta 'Riri' Boose, Alia Ningtyas dan Ida Pelealu di 'desk' untuk mengumumkan materi perlombaan dan hasil perlombaan itu sendiri.
Antusiasme yang tinggi dari klub-klub anggota EQINA membuat gelaran 'Jateng Classic' menghadirkan demikian banyak kompetitor, yang sekaligus menyebabkan banyaknya kelas dan 'entries' yang diperlombakan.
Karena itu, diperlukan kiat atau strategi khusus agar setiap kelas yang disajikan tetap menarik, tidak membosankan. Kerjasama atau sinergi dari berbagai elemen yang berperan tentulah menjadi faktor utama.