Pelatih Sertifikat Khusus Terapi Berkuda Sangat Diperlukan Indonesia
Di Indonesia, belum ada pelatih yang bersertifikat untuk therapeutic riding.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, belum ada pelatih yang bersertifikat untuk 'therapeutic riding'. Padahal kebutuhan untuk instruktur berkuda dengan lisensi khusus tersebut cukup tinggi.
'Rider' senior yang juga pembina di Anantya Riding Club (ARC), Rahmat Natsir, mengemukakan hal itu Jumat (15/11/2013) kepada Tribunnews.com.
"Tapi, sebagian pelatih di Anantya sudah dibekali metode pengajaran untuk kalangan 'special needs' itu," kata Rahmat Natsir.
Penanganan untuk anak-anak 'special needs' atau berkebutuhan khusus memang berbeda dibanding anak-anak biasa. Pendekatan yang dilakukan juga bisa jauh lebih lama.
Oleh karena itu, misalnya, diperlukan pelatih atau instruktur dengan tingkat kesabaran luar biasa. Secara umum, jajaran pelatih/instruktur untuk menangani kalangan berkebutuhan khusus tersebut juga harus dibekali oleh pengetahuan-pengetahuan tersendiri.
Itulah pula yang menjadi dasar dari diselenggarakannya 'workshop' atau kursus khusus pelatih/instruktur terapi berkuda. Kursus ini akan dihelat 25-28 November 2013 di ARC, Gunung Putri, Bogor. ARC menghadirkan dua pengajar dengan predikat 'Master' untuk instruktur terapi khusus berkuda ini.
Mereka, Ghisela H..Rhodes, M.Ed, dan Ann Maureen O'Shallie, M.Ed, keduanya dari Amerika Serikat. ARC yang baru dibangun pada 2011 oleh pengusaha muda Jusmin Suwoko, sejauh ini menjadi satu-satu klub berkuda dengan konsep 'therapeutic riding'.
Oleh karena itu, mayoritas 'member' ARC berasal dari kalangan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus, misalnya autis. Di luar negeri sudah cukup banyak klub yang mengkhususkan diri dengan konsep 'therapeutic riding' tersebut.
Ini karena kuda diakui sebagai hewan yang dapat berinteraksi secara cepat, sehingga dimanfaatkan sebagai medium terapi khusus.
FISIK ANAK
Menurut keterangan Rahmat Natsir, ARC sempat memiliki 'trainer' khusus 'special needs' selama setahun. Dia, Donna Talousa dari Filipina. Selama setahun keberadaannya di ARC, Donna menyempatkan membagi pengalaman dan ilmuanya pada beberapa instruktur di sini, termasuk Denny.
Kini Denny terbiasa menangani 'siswa' berkebutuhan khusus itu. Dia juga akan ikut kursus instruktur bersertifikat terapi khusus (therapeutic).
Denny sejak awal berdirinya ARC, 2011, memang 'memegang' anak-anak berkebutuhan khusus itu.
"Saat ini anak yang saya latih ada enam orang. Dari awal saya tangani sampai sekarang, sebagian ada kemajuan," papar Denny.
Tentang metode pengajaran untuk kalangan berkebutuhan khusus itu, kata Denny, memang berbeda dengan melatih anak-anak pada umumnya.
"Kita harus melihat fisik si anak terlebih dahulu. Setelah itu baru pelan-pelan kita coba kenalin kepada kuda, bagaimana cara merawat dan menungganginya," jelas Denni. (tb)