Roy Suryo: Myanmar Tidak Sportif!
Menurut Roy, Myanmar hanya mengutamakan meraih predikat juara umum.
Penulis: Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menilai, tuan rumah SEA Games XXVII, Myanmar, sudah menghilangkan nilai sportivitas dalam penyelenggaraan pesta olahraga antar-negara di kawasan Asia Tenggara.
Sebab, menurut Roy, Myanmar hanya mengutamakan meraih predikat juara umum. Itu terlihat dari dimasukkannya nomor tradisional, seperti Chinlone, yang merupakan permainan tradisional Burma. Ada pula catur Myanmar, yang dari segi permainan berbeda dengan catur internasional FIDE.
Sebanyak 33 cabang olahraga dipertandingkan di SEA Games, yang secara resmi digelar mulai 11 sampai 22 Desember 2013.
MYASOC selaku panitia penyelenggara, tidak memasukkan cabang olahraga internasional seperti tenis dan senam.
“Tidak hanya cabor, tapi juga nomor pertandingan. Bukan nomor utama yang dipertandingkan dalam SEA Games, melainkan nomor tradisional,” kata Roy Suryo dalam acara Media Gathering Bedah Kantung Medali Indonesia di SEA Games Myanmar 2013, di Hotel Santika, Bogor, Minggu (8/12/2013) malam.
“Catur misalnya, ini menjadi soal, karena catur paling maksimal merebutkan 4-6 medali emas. Tapi, besok ada 18 medali emas yang diperebutkan. Terdapat 8 medali emas yang diperebutkan dalam pertandingan catur Myanmar. Permainan catur Myanmar berbeda dengan catur biasa. Banyak hal tidak cantik dimainkan di Myanmar,” papar Roy.
“Posisi ini menjadi cukup rawan. Mereka belum-belum sudah mendapatkan 8 medali emas. Pada awalnya target mereka lima besar, namun saat ini target juara umum. Negara yang tadinya tidak jelas. Kalau Thailand, Malaysia, dan Vietnam tidak masalah, tapi itu Myanmar. Itu tantangan. Mudah-mudahan atlet Indonesia bertahan dalam kondisi ketidaknyamanan,” harap Roy.
Selain mempertandingkan cabang olahraga yang tidak awam, Roy Suryo juga mengeluhkan panitia penyelenggara yang mengatakan bahwa wasit atau juri suatu pertandingan cabang olahraga, merupakan tanggungan negara masing-masing.
“Awalnya, wasit merupakan tanggungan tuan rumah. Mendadak, wasit dibiayai negara masing-masing. Sehingga, kalau tidak hati-hati, banyak negara menarik wasit,” tuturnya.
Murnikan SEA Games
Melihat kondisi seperti ini, Roy Suryo telah mengusulkan perubahan peraturan penyelenggaraan SEA Games, mencakup peraturan penentuan cabang olahraga yang dipertandingkan.
Dia menyampaikan hal itu saat menghadiri ASEAN Ministerial Meeting on Sport (AMMS) di hotel Don Chan Palace, Viantiane, Laos, 3-5 Desember lalu.
Di kesempatan itu, Roy melakukan negosiasi dengan pemerintah dari negara lain, untuk memurnikan SEA Games.
Apakah multievent cabang olahraga dua tahunan hanya sarana menjalin persahabatan, atau untuk meningkatkan prestasi atlet di tingkat internasional.