Luar Biasa Heboh
Equestrian Indonesia (EQINA) menutup layar persaingan rider-rider dan kuda-kuda terbaik mereka melalui AE Kawilarang Memorial III
Editor: Toni Bramantoro
KURANG BERUNTUNG
Jumat dan Sabtu perlombaan sempat terganggu oleh hujan, Minggu tidak. Walau begitu, secara umum kondisi cuaca masih jauh lebih baik dari beberapa kejuaraan sebelumnya yang berlangsung dibawah sengatan terik mentari, sehingga bagaimana pun agak mempengaruhi sinergi atau penyatuan antara 'rider' dan kudanya.
Suhu udara yang lumayan dingin ditambah keindahan suasana lingkungan bisa lebih mendukung kebersamaan antara atlet dan kuda yang ditungganginya. Namun, tentu memang tidak semuanya mampu merajut kekompakan lebih baik dari sebelumnya. Beberapa 'rider' handal pun tak luput dari ketidakberuntungan itu.
'Rider' senior Aragon Horse Racing & Equestrian Sports, Ferry Sudarmadi, termasuk yang kurang beruntung. Dari beberapa kelas yang
diikutinya, Ferry luput menjumput satu pun gelar juara. Berbeda dengan keberhasilannya di seri kejurnas Jateng Master, medio Mei lalu di Arrowhead Salatiga dimana dia termasuk yang mendominasi gelar, di AEK Memorial III ini Ferry seperti 'babak belur'.
Begitu pun, Ferry tentunya tetap merasa bangga atas keberhasilan yang dicapai putranya, Bagas Sudarmadi, yang menempati urutan kedua di kelas 30-50 cm dibawah rekan satu klubnya di Aragon, Jojo Jonathan. Bagas juga berada di urutan kedua pada kelas 70-90 cm yunior dibawah William Sunjaya dari Bandung Equestrian Center.
Dewi Fortuna juga seperti menjauhi Dwiputri Sitahapsari. Putri dari Wakil Sekjen EQINA Dewi Anggraini ini gagal menuai prestasi terbaiknya pada beberapa kelas yang diikutinya, termasuk untuk menggapai penghargaan EQINA Award melalui penampilannya dengan kuda lokal. Di kelas 70-90 cm yunior Sita bahkan turun dua kali dengan tunggangan spesialisasinya, Enya.
Pada kesempatan pertama, 'rider' Anantya ini berada di posisi ke-12 dari 16 'entries' dengan catatan waktu 71,25 dt dengan 13 angka penalti. Sita baru memperbaiki penampilannya pada kesempatan kedua dengan menyelesaikan perlombaan 60.95 dt.
Setelah itu, pada 100 cm yunior dengan 14' entries', Sita harus tereliminasi dari perlombaan setelah tunggangannya, Enya, melakukan dua penolakan.
Begitu juga dengan Marco Wowiling dengan Spirit Budiluhur-nya. Sita dan Marco sama-sama masuk dalam proyeksi 'rider' DKI Jaya untuk PON 2016 mendatang. (tb)