Atlet Heptathlon Putri Ini Kesulitan Cari Sepatu karena Berjari 12
Swapna harus menahan sakit demi memberikan prestasi kepada negaranya pada Asian Games XVII mendatang.
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus S Pradipto
TRIBUNNEWS.COM – Semakin nyaman sepasang sepatu tentunya akan membantu seorang atlet untuk berolahraga. Namun apa jadinya jika seseorang terlahir tidak normal seperti atlet heptahlon putri India, Swapna Barman?
Swapna harus menahan sakit demi memberikan prestasi kepada India pada Asian Games XVII mendatang. Perempuan 18 tahun itu terlahir berbeda dari manusia pada umumnya.
Swapna memiliki enam jari pada masing-masing kakinya. Swapna yang lahir dari keluarga miskin di Jalpaiguri di Bengal Barat, harus berlari, melompat, dan melempar dengan sepasang sepatu normal. Sepatu yang pada umumnya dibuat untuk manusia dengan lima jari pada masing-masing kaki.
“Bahkan setelah bertahun-tahun, saya masih sering merasa kesakitan setiap kali saya mengenakan sepatu. Rasanya semakin sakit setiap event lari. Saya harus menyesuaikan diri dengan cara menekuk ibu jari saya,” ungkap Swapna kepada Reuters seperti dikutip Tribunnews.com, Rabu (10/9/2014).
Kondisi tersebut membuat Swapna kesulitan mencari sepasang sepatu yang tepat untuk dia kenakan. Swapna mengaku sempat mencoba sepasang sepatu buatan lokal. Usia sepatu tersebut hanya bertahan selama dua hari.
Subash Sarkar, pelatih Swapna, menuturkan kesulitan anak asuhannya dalam mencari sepasang sepatu olahraga. Menurut Subash, Swapna bukan seorang atlet bintang yang akan didukung perusahaan perlengkapan olahraga papan atas seperti Adidas dan Nike. Menurut Subash, perusahaan seperti itu hanya akan mendukung seorang atlet bintang untuk mendongkrak penjualan produk mereka.
“Kami pernah mencoba sejumlah produk-produk lokal, namun mereka benar-benar di bawah standar. Cengkeraman mereka sangat buruk dan poin-poin tekanannya tidak tepat,” tutur Subash yang menemukan Swapna.
Swapna saat ini mempersiapkan diri untuk mengikuti Asian Games XVII di Sports Authority of India (SAI) centre di Patiala. Ketiadaan sepatu yang cocok membuat Swapna yang ayahnya lumpuh harus berlatih sambil melawan rasa sakit.
Terlepas dari ketiadaan sepatu yang cocok, Swapna juga kesulitan mendapatkan perlengkapan olahraga standar untuk heptathlon. Subash memperkirakan Swapna membutuhkan tujuh pasang sepatu untuk mengikuti heptathlon. Untuk tujuh pasang sepatu, diperkirakan Swapna membutuhkan dana sekitar 930 Dollar AS atau sekitar Rp 10,9 juta.
“Dia harus memiliki sepatu yang kuat dan melempar dan lari 800 meter, tapi saya khawatir dia harus mengikuti event lain sambil mengenakan sepatu lokal di bawah standar,” ungkap Subash.
Sejumlah perusahaan perlengkapan olahraga lokal sempat menawarkan sepatu desain khusus untuk Swapna. Namun demikian, Subash berharap yang diberikan adalah keunggulan produk, bukan sekadar niat baik.
“Saya menghormati niat mereka, namun sejujurnya dibutuhkan banyak sains dan teknologi dalam membuat sepatu olahraga modern dan mereka benar-benar tidak memahami hal tersebut,” kata Subash.