Sean Gelael, Bukan Sekadar Ingin Meraih Mimpi
Harapan itu adalah Sean Gelael Putra mantan pereli kondang Ricardo Gelael dan Rini S Bono itu kini tengah berkiprah di Formula 3 Eropa
Penulis: Toni Bramantoro
Hingar bingar balap mobil di Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan kurang bergairah. Gelaran-gelaran top yang sempat menjadi primadona seperti Kejurnas Reli Mobil, Touring Car, Karting, bahkan balap motor, tengah dilanda kelesuan.
Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (IMI) sebagai ‘ibunya’ olahraga otomotif di Indonesia, telah kehilangan semangat dan kreativitas untuk merealisasikan janji-janji mereka membawa otomotif Indonesia berprestasi di tingkat dunia.
Miris? Pasti. Padahal dulu Indonesia pernah ‘sombong’ dengan dibangunnya Sirkuit Sentul di awal 1990-an. Kini, Sentul hanya tinggal cerita masa lalu. Sirkuit Sentul sudah menjadi ‘rumah’ tua yang telah kehilangan statusnya sebagai sirkuit berstandar internasional. Atap sengnya sudah berkarat, aspalnya pun harus sering dilakukan tambal sulam. Belum lagi fasilitas yang sudah ketinggalan zaman.
Padahal Sirkuit Sentul pernah menggelar event dunia balap motor 500cc tahun 1996 dan 1997. Sentul juga menjadi langganan tuan rumah kejuaraan asia seperti Formula BMW, Formula Renault, dan Formula Asia. Juga menjadi pelopor balapan tandingan Formula 1 (F1) yaitu A1 GP. Sekarang, jangankan 500cc yang kini berganti nama menjadi MotoGP, Formula Asia pun sudah enggan melirik Sentul.
Begitu juga di ajang balap mobil, terutama reli, Indonesia pernah menjadi penyelenggara World Rally Championship (WRC) di Medan saat IMI masih dipimpin Hutomo Mandala Putra, juga di tahun 1997.
Bahkan di awal tahun 2000-an, Indonesia hampir kembali dipercaya menjadi penyelenggara WRC, meski akhirnya batal karena karut marutnya promotor penyelenggara reli nasional saat itu. Padahal saat itu, Indonesia sudah melakukan pemanasan dengan beberapa kali menjadi penyelenggara Asian Pacific Rally Championship.
Begitu juga dengan kejuaran Karting Asia, Motokros Asia, dan lain-lain. Semua seakan ‘terkubur’ bersama terpuruknya prestasi olahraga Indonesia secara global. Namun ditengah ‘kegelapan’ itu, ada secercah cahaya terang yang kini tengah menjanjikan harapan mengembalikan gengsi dan prestasi otomotif Indonesia di kancah dunia.
Harapan itu adalah Sean Gelael. Putra mantan pereli kondang Ricardo Gelael dan Rini S Bono itu kini tengah berkiprah di Formula 3 Eropa. Ajang ini adalah salah satu ajang balap yang menjadi batu loncatan banyak pebalap sebelum akhirnya menjadi yang ‘terpilih’ tampil di F1, balapan terakbar dan tergengsi di muka jagad ini.
Sean memang tidak sendiri. Ada lagi putra Indonesia yang juga tengah fokus untuk bisa merebut tiket ke F1 yaitu Rio Haryanto yang bertarung di GP2. Bedanya, Rio telah lebih dulu berkompetisi untuk bisa masuk dalam balapan F1, sementara Sean masih baru dua tahun terjun di F3 Eropa. Malah baru 2014 ini, Sean benar-benar total berkompetisi di F3 Eropa.
Memang di musim 2014 ini, Sean Gelael yang tampil dibawah naungan tim Jagonya Ayam With Carlin belum berhasil menembus 10 besar. Tepatnya, setelah menyelesaikan seri terakhir di Hockenheim, 17-19 Oktober kemarin, di klasemen akhir Sean menempati peringkat ke-18 dari 26 peserta dengan mengumpulkan 25 poin.
Juara F3 2014 diraih Esteban Ocon (Prema Powerteam) dengan raihan 478 poin dari total 11 seri yang digelar. Urutan kedua ditempati rekan setim Sean dari Jagonya Ayam With Carlin, Tom Blomqvist dengan mengoleksi 420. Peringkat ketiga Max Verstappen (Van Amersfoort Racing) dengan 411 poin. Rekan setim Sean lainnya, Antonio Giovinazzi berada di peringkat ke-6 dengan 238 poin.
Raihan peringkat 18 yang diukir Sean Gelael musim balap 2014 memang belum bisa memenuhi ekspektasi Sean sendiri. Tetapi apa yang ditampilkan Sean sepanjang musim ini, tentu menjadi modal besar buat dia untuk bisa menapak ke jenjang lebih tinggi musim depan.
Kiprah Sean Gelael di F3 Eropa ini memang tidak terlalu gembar-gembor. Malah kiprahnya mengikuti 11 seri Eropa yang jelas-jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit, tidak membuat manajemen Sean harus kanan kiri ‘mengemis’ untuk mencukupi kebutuhan dana.
Semua tidak lepas dari dukungan dan kecintaan sang ayah, Ricardo Gelael, serta keluarga besar Gelael, yang ingin menjadikan Sean sebagai ‘pahlawan’ keluarga dengan menjadi pebalap F1 pertama dari Indonesia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.