TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Masih ingat dengan 'Djohar Manik'?

Kuda betina merah dari jenis KP5 yang menjadi milik bersama Aragon dan Tombo Ati Stable itu, tahun 2014 mengguncang peta kekuatan kuda-kuda pacuan dengan keberhasilannya merebut 'Triple Crown'.                              

Itu adalah supremasi pacuan kuda, menggabungkan keperkasaan mendominasi tiga persaingan sekaligus.

Yakni, menjuarai tiga kelas (nomor) berbeda pada tiga kejuaraan. Tiga kelas atau nomor yang dimenangkan adalah dari jarak 1200 meter, 1400 meter dan 1600 meter.       

Tidak mudah untuk menguasai tiga kelas itu pada satu musim perlombaan. Apalagi, setiap kelas tentunya punya tantangan atau kesulitannya masing-masing.

Diperlukan kesabaran, ketelitian, dan tentu saja kerjasama dan saling memahami yang tinggi antara kuda dan joki-nya untuk memenangkan tiga kelas tersebut pada satu musim.

Itulah yang berhasil dilakukan oleh Djohar Manik dan penunggangnya, joki. J.Turangan.

Tentu tak bisa diabaikan juga jasa pelatihnya, Edwin Basuki.           

Kini, Djohar Manik tak lagi larut dalam persaingan bergengsi memperebutkan 'Triple Crown' tersebut. Usianya juga sudah tak memungkinkan, dia sudah lebih dari tiga tahun.                                

Pada seri pertama perebutan Piala Tiga Mahkota, melalui Madura Derby yang digelar Minggu (8/3) mendatang, Djohar Manik sudah naik kelas. Dia akan tampil di Kelas A Terbuka jarak 2000 meter yang juga dijadikan simulasi PON.                                                 

Ada empat kuda 'senior' yang akan berseteru di kelas ini, yakni Djohar Manik (Jateng), Tuan Nagari (DKI), Gundala Zorro (Jatim), dan Raja Nagari (DKI). tb