PLT PTMSI DKI Segera Kirim Surat ke Menpora
Pelaksana Tugas Pengprov PTMSI DKI Jaya yakni Hendro Baskoro Erizal Azhar dan Khairon, siap membubuhkan tanda-tangannya pada surat
Editor: Toni Bramantoro
![PLT PTMSI DKI Segera Kirim Surat ke Menpora](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/m-arifin-thahir-tengah_20150119_145454.jpg)
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Pelaksana Tugas Pengprov PTMSI DKI Jaya, yakni Hendro Baskoro, Erizal Azhar dan Khairon, siap membubuhkan tanda-tangannya pada surat yang akan disampaikan ke Menpora Imam Nahrawi dan pihak terkait.
Surat tersebut, sebagai pelaporan dari keikutsertaan atlet tenis meja pelatda DKI Jaya pada seleksi pembentukan tim SEA Games 2015, sekaligus koreksi atas susunan tim wanita yang tidak sesuai dengan hasil seleksi.
"Surat tersebut akan segera dikirim ke Kantor Menpora dan otoritas olahraga terkait, yakni KONI Pusat dan Satlak Prima," ucap Arifin Thahir, salah satu 'stakeholders' tenis meja DKI Jaya yang juga 'head-coach' tim pelatda.
Kasus pembentukan tim wanita tenis meja SEA Games ini mencuat setelah materi pemainnya "melenceng' dari hasil seleksi.
Sebagaimana diketahui, dari seleksi pembentukan tim SEA Games diadakan 6-8 Februari di Baywalk, Pluit.
Seleksi diikuti enam pemain pria dan 10 wanita. Dari hasil seleksi di kelompok wanita, peringkat pertama, ketiga dan keempat ditempati oleh pemain asal DKI Jaya. Yakni, Mira (1). Rina (3), dan Stella (4).
Namun, nama Stella belakangan tidak tercantum dalam susunan lima pemain untuk SEA Games Singapura itu.
Untuk dua tempat tersisa dari lima pemain yang diproyeksikan ke SEA Games itu, nama yang diterakan adalah Ade Kharisma (Jabar) dan Ade Komala (Jatim). Keduanya adalah peringkat 5 dan 6 pada seleksi. Stella, yang urutan 4, justru disisihkan.
"Kami perjuangkan apa yang sudah kita sepakati dari awal, bahwa hasil seleksi itu menjadi dasar untuk pembentukan tim ke SEA Games. Komitmen itu yang harus ditaati," jelas Arifin Thahir.
EKSES DUALISME
Apa yang terjadi dalam pembentukan tim tenis meja SEA Games Singapura ini tak terlepas sebagai ekses dari perpecahan yang masih melanda tenis meja nasional.
Saat ini ada dua kepengurusan tenis meja. Yakni, kepengurusan PP PTMSI periode 2013-2017 pimpinan Oegroseo yang didukung oleh Tahir, pengusaha pimpinan Grup Mayapada yang sebelumnya dua periode memimpin PP PTMSI.
Kepengurusan Oegroseno tak direstui oleh pimpinan KONI Pusat. Pada awal Februari 2014 KONI Pusat berininsiatif menggelar Munas PTMSI dengan tetap mencoba melibatkan seluruh pemangku kepentingan tenis meja nasional.
Namun, pendukung Oegroseno atau Tahir tak mengikuti Munas PTMSI yang dibua oleh KONI Pusat itu, Dari Munas ini, terpilih sebagai ketua umum kepengurusan PP PTMSI 2014-2018 Marzuki Alie, yang saat itu masih ketua DPR RI, dengan sekjen Anton Suseno.
Akan tetapi, euforia kepengurusan pimpinan Marzuki Alie ini hanya seumur jagung. Setelah Marzuki Alie tak lagi menjadi ketua DPR, kepengurusan ini nyaris stag. Walau begitu, proses pembinaan tetap coba dilakukan oleh Anton Suseno, Kabid Binpres Robert Hermawan, dan Peter Layardi, walau disebut-sebut tanpa kontrol.
Pembentukan tim tenis meja ke SEA Games Singapura bisa menjadi contoh. Tim sudah sempat terbentuk dengan materi lima pemain pria dan lima wanita. Setelah protes keras yang dilontarkan oleh Arifin Thahir, pelatih kepala tenis meja pelatda DKI Jaya, baru dilakukan seleksi.
Belakangan, hasil seleksi itu juga coba dimanipulir, dengan menempatkan pemain yang tak lolos diterakan dalam tim.
Sementara itu, menurut keterangan, lima pemain pria dalam tim SEA Games akan dikompetisikan ke kejuaraan dunia yang digelar medio April mendatang di China. tb