Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Komandan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas Siap Blak-blakan Usai Kegagalan Kontingen Indonesia

Suwarno mengakui kegagalan kontingen Indonesia di arena SEA Games Singapura 2015 sudah diprediksi sejak awal

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Komandan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas Siap Blak-blakan Usai Kegagalan Kontingen Indonesia
Suwarno 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komandan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Suwarno mengakui kegagalan kontingen Indonesia di arena SEA Games Singapura 2015 sudah diprediksi sejak awal.

Dikatakan Suwarno, dari mulai masalah penyediaan peralatan hingga fasilitas tempat berlatih yang harusnya disediakan yang tidak memadai menjadi penyebab kegagalan kontingen Indonesia.

Itu semua tidak terjadi jika pemerintah dalam hal ini kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga bisa bekerja dengan baik sejak awal persiapan kontingen Indonesia ke SEA Games Singapura lalu.

"Masalah-masalah klasik tidak bisa terselesaikan. Dari mulai penyediaan peralatan latihan dan pertandingan hingga dana uji coba dan trainning camp di luar negeri yang terlambat turun," ungkap Suwarno.

Tentang peralatan, Suwarno menyebutkan salah satu contoh tentang baju pejudo dari Korea saja terpaksa harus ditalangi PB PJSI.

Kesuksesan cabang Judo merebut empat medali emas harus diacungkan jempol, padahal target dua emas itu.

Kata Suwarno, semua tidak terlepas dari dukungan PB PJSI yang menanggung biaya latihan selama tiga bulan di Korea Selatan.

Berita Rekomendasi

"Jika saja menunggu dana uji coba dan latihan di luar negeri dari pemerintah, pasti tidak mungkin terealisasi target itu. Itu fakta," ujarnya.

Berbicara masalah tempat latihan, mantan Pangdam Brawijaya ini menyebut banyak yang sudah tidak layak lagi. Seperti tempat latihan loncat indah dan kolam renang, serta lapangan sofbol di komplek Gelora Bung Karno.

"Papan loncat indah itu sudah tidak layak digunakan. Jadi, jika mereka dapat perunggu itu wajar. Begitu juga kolam renang tempat latihan dan lapangan sofbol yang rumputnya gatal kalau dipakai latihan. Semua ini kan perlu perbaikan," tuturnya.

Yang membuat renang yang hanya meraih satu emas padahal target enam emas, jelas Suwarno, batalnya training camp di Sydney Australia yang sudah direncanakan akibat telatnya dana turun.

"Mereka hanya melakukan training camp di Perth, Australia. Itu pun waktunya sangat pendek," jelasnya.

Bagaimana dengan masalah target peringkat kedua pada SEA Games Singapura 2015?

"Dari awal saya sudah bilang, Indonesia hanya mampu merebut 46 medali emas. Itu berdasarkan perhitungan dengan melihat hasil kejurnas dan event internasional yang diikuti. Dan, itu kan sudah terbukti. Soal target masuk peringkat kedua dan ketiga itu kan dari pemerintah," jawabnya.

Suwarno mengaku dirinya hanyalah menjalankan program saja sedangkan masalah dana dan peralatan itu semua diatur Kemenpora.

Yang lebih parah lagi, kata Suwarno, adanya enam cabang olahraga yang tidak direkomendasikan Satlak Prima ke SEA Games.

Belum lagi adanya pergantian atlet tenis meja yang sudah ditetapkan sebagai tim inti. Ditambah lagi, adanya pergantian manajer di cabang tenis meja dan berkuda. 

"Kita sudah menjaring yang terbaik melalui seleksi. Tetapi, tetap saja ada atlet tenis meja yang dimasukkan tim SEA Games Singapura 2015, padahal mereka menolak mengikuti seleksi. Itu kan jelas melanggar kesepakatan dimana atlet berpeluang yang diberangkatkan," paparnya.

"Pergantian manajer berkuda hanya karena tidak sejalan dengan KOI. Dan, pergantian manajer tenis meja yang berakibat salah menyusun komposisi pemain," ujarnya.

Suwarno yang mantan Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres) ini mengaku tidak merasa khawatir jika dirinya tersingkirkan akibat menguak kegagalan kontingen Indonesia.

"Saya tidak pernah takut menguak kegagalan Indonesia di SEA Games Singapura, lagian saya juga tidak mempunyai kepentingan apa-apa," tandasnya.

Selama mendampingi atlet Indonesia di arena SEA Games Singapura, Suwarno mengaku hanya diberikan ID card Observer sehingga dia tidak leluasa memberikan dukungan terhadap atlet binaannya.

Selain itu, Suwarno mendapatkan fasilitas hotel yang kurang memadai serta jauh dari kenyamanan.

"Saya hanya diberikan ID Card observer dan menginap di hotel under construction (dalam taraf renovasi)," selorohnya.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas