Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Jelang Munas Pordasi: Eddy Saddak Apresiasi Dukungan yang Diberikan

Mohammad Chaidir Saddak, MBA, mengapresiasi dukungan yang diberikan kepadany

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in Jelang Munas Pordasi: Eddy Saddak Apresiasi Dukungan yang Diberikan
ist
Eddy Saddak (kiri) bersama dua pembina Eqina, Johanes Lukito dan James Momongan 

TRIBUNNEWS, COM. JAKART - Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi) 2011-2015 H.Mohammad Chaidir Saddak, MBA, mengapresiasi dukungan yang diberikan kepadanya.

Mayoritas  Pengprov Pordasi menginginkannya kembali memimpin PP Pordasi periode 2015-2019. Munas Pordasi XII/2015 akan diselenggarakan Selasa dan Rabu, 28-29 Oktober, di The Alana Hotel & Convention Centre, Solo, Jateng.                                                          

"Saya mengucapkan terimakasih atas dukungan yang mereka sampaikan. Pada prinsipnya, Munas harus dilaksanakan sedemokratis mungkin agar mereka dapat memilih pemimpin yang baik, seperti yang diharapkan," ungkap H.Mohammad Chaidir Saddak, MBA, kepada 'Tribunnews', Kamis (22/10).                                                        

Sepekan menjelang Munas Pordasi XII/2015 yang mengusung tema "Reposisi dan Revitlisasi Organisasi" ini, belum muncul kandidat ketum lain diluar nama Eddy Saddak, sapaan dari pemilik Aragon Horse Racing & Equestrian Sports, Lembang, itu.

Pengusaha yang bergiat di pertambangan dan aktif berorganisasi sejak muda ini dikenal mudah bergaul dan dekat dengan seluruh penggiat olahraga berkuda, baik disiplin ketangkasan (equestrian), pacu, dan polo. PP Pordasi juga memayungi bidang peternakan.                                      

"Alhamdulillah, semua subcabor atau disiplin berkuda kita berkembang baik, termasuk juga di peternakan. Memang seperti itu seharusnya," papar Eddy Saddak.                                                      

PERSATUAN & KESATUAN               

Berita Rekomendasi

Pordasi bukan satu- satunya organisasi olahraga yang mengurusi lebih dari satu subcabor atau disiplin. Ada PP Ikatan Motor Indonesia (IMI), dan juga PP PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia).

"Kalau di cabor lain bisa sama-sama jalan dengan baik, mengapa di Pordasi tidak? Harus bisa! Kalau yang lain bisa kita juga harus bisa. Kalau perlu kita belajar dari keberhasilan cabor lain," terangnya.         

Kembali ke Munas, Eddy Saddak menyatakan, apa pun yang akan berkembang dalam Munas, itu harus menjadi titik tolak untuk mencapai keberhasilan yang lebih baik.

"Tujuannya hanya satu, yakni persatuan dan kesatuan. Saya tidak akan bosan-bosannya untuk selalu menyerukan persatuan dan kesatuan diantara seluruh stakeholders berkuda, terutama yang berkaitan dengan pencapaian prestasi," jelas ayah dari Karissa dan Karina Saddak itu. 

Eddy Saddak mengharapkan, kedepannya tidak ada lagi pengelompokkan atau perbedaan kepentingan diantara para pelaku subcabor/disiplin berkuda, yang dikhawatirkan dapat menumbuhkan kembali bibit-bibit perpecahan.

Dia mencontohkan, keberadaan EFI (Equestrian Federation of Indonesia/Federasi Equestrian Indonesia), yang usianya tidak lama karena tidak didukung oleh mayoritas klub berkuda ketangkasan.                                              

"Bagaimana EFI bisa berkembang kalau tidak mendapat dukungan? Klub-klub tidak mau menjadi anggota EFI. Kita tahu EFI bisa bertahan hanya karena didukung oleh KONI Pusat, dan itu khan sebenarnya tidak boleh," terangnya.                                   

HAK NF EQUESTRIAN                    

Menurut Eddy Saddak, dari dinamika yang berkembang sekarang ini, memang sudah semestinya hak sebagai Federasi Nasional atau National Federation (NF) dari equestrian dialihkan kembali dari EFI ke PP Pordasi.                                                  

Hak NF equestrian yang sejak 1975 dipegang Pordasi pada 2010 dialihkan ke EFI yang baru dibentuk 2009 karena keterlibatan Sekjen KOI (waktu itu) Ari Ariotedjo. PP Pordasi kemudian mengajukan banding ke Badan Arbitrase Olahraga Internasional (Court of Arbitration for Sport/CAS) pada pertengahan 2013, setelah gugatannya terhadap KOI ditolak oleh Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI) yang dinaungi oleh KOI.

Keputusan CAS atas gugatan banding PP  Pordasi baru diputuskan 12 Juni 2015. Hasilnya, gugatan banding PP Pordasi dikabulkan. Pengalihan hak NF equestrian dari Pordasi ke EFI pada 2010 dinilai tidak sah. Oleh karena itu secara subtansial hak NF equestrian tersebut harus dialihkan kembali ke PP Pordasi.                                                  

Pihak KOI dan KONI Pusat sampai saat ini masih menyatakan 'penolakannya' atas keputusan CAS tersebut. Namun, di tingkat global. keputusan CAS sudah langsung dieksekusi oleh FEI (Federasi Equestrian Internasional)--yang memayungi aktivitas berkuda ketangkasan dunia. Hak NF equestrian sudah wajar jika dikembalikan ke PP Pordasi.                                                              

Sehubungan dengan itu juga, pasca Munas Pordasi XII/2015 di Solo,  akan segera diadakan pertemuan khusus diantara seluruh masyarakat equestrian yang tergabung di 49 klub.

"Dimana dan kapan pertemuan itu diadakan, segera kita tentukan," kata Eddy Saddak.

Pada Desember 2012, cerita Eddy Saddak,  pernah diadakan pertemuan khusus antara masyarakat equestrian dengan perwakilan pengprov, dan bisa berjalan baik.

"Kalau dulu bisa kenapa sekarang nggak bisa? Yang penting niatnya baik saja, untuk persatuan dan kesatuan demi pencapaian prestasi bersama," tegasnya.                                                                         

OLIMPIADE & LARASATI                              

Menjawab pertanyaan terkait program kerja dan skala prioritasnya, Eddy Saddak mengatakan, banyak hal dan permasalahan sudah diinventarisasi, dan kesemuanya  diharapkan bisa dibicarakan, dibahas secara mendalam, kemudian diputuskan bersama pada Munas Pordasi XII/2015 di Solo.                                      

"Bahan-bahas Munas sudah dikirim ke semua peserta, sehingga mereka juga tentunya sudah mempelajari apa yang akan dibahas secara intensif di Munas nanti, termasuk tentunya program-program pembinaan untuk pencapaian prestasi atlet," jelas Eddy Saddak.                                               

Dia menyatakan bahwa salah satu program utama dan terpenting saat ini adalah bagaimana atlet Indonesia bisa berkompetisi di level internasional, misalnya Olimpiade.                                

Terkait dengan Olimpiade ini, KONI Pusat sudah memiliki rencana jangka panjang terhadap Larasati Gading, sehingga nantinya dapat dikompetisikan di Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Brasil. Larasati Gading adalah salah satu andalan di nomor tunggang serasi (dressage) pada equestrian.                                                 

Bicara tentang Larasati, Eddy Saddak meyakini bahwa dia akan mendukung penuh apa pun program pelatihan yang dilakukan oleh mantan model dan istri dari mantan ketua EFI Irvan Jusrival Gading itu.                                                  

"Kalau memang Larasati yang terbaik, semua harus mendukung. Saya pribadi tidak ada masalah dengan Larasati. Seandainya dia minta izin atau rekomendasi untuk tampil di kejuaraan mana pun, dalam satu menit suratnya bisa saya tandatangani. Artinya, apa pun itu kalau tujuannya baik dan untuk kepentingan bersama, harus kita support," jelas Eddy Saddak.                                   

Semua  program pembinaan bisa berjalan baik jika dijalankan sesuai mekanisme dan aturan yang benar.

"Sebagai pemimpin saya juga berjanji akan tetap bekerja sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,'' tegasnya. tb

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas