Prestasi Murni dan Fairplay
Ada dua keistimewaan dari penyelenggaraan Kejuaraan Berkuda Ketangkasan (Equestrian) "Cinta Indonesia Open/CIO 2015"
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Ada dua keistimewaan dari penyelenggaraan Kejuaraan Berkuda Ketangkasan (Equestrian) "Cinta Indonesia Open 2015", yang dihelat sejak Jumat (30/10) lalu dan berakhir Minggu (1/11) ini di APM Equestrian Centre, kawasan Cikupa, Tigaraksa, Tangerang.
Pertama, ini adalah event pertama setelah adanya pengakuan dari Federasi Equestrian Internasional (FEI) terkait kembalinya legalitas atau hak sebagai federasi nasional (NF), dari EFI (Equestrian Federation of Indonesia)-nya Irvan Gading, kepada PP Pordasi yang dipimpin oleh Mohammad Chaidir Saddak.
Tepatnya sejak 18 Oktober 2015 FEI telah menggugurkan keanggotaan EFI, dan menggantikannya dengan Pordasi.
Keistimewaan kedua, "CIO 2015" juga menjadi event pertama dari 'kepengurusan' PP Pordasi 2015-2019 di mana Eddy Saddak, sapaan akrab dari Mohammad Chaidir Saddak, kembali terpilih sebagai ketua umum dari Munas yang digelar 28 Oktober di Solo.
Kepengurusan PP Pordasi periode 2015-2019 itu memang belum terbentuk, akan tetapi "CIO 2015" jelas menjadi event perdana dari masyarakat berkuda ketangkasan yang sudah kembali ke pangkuan PP Pordasi.
LENGKAP
Dua keistimewaan itu pula yang membuat gelaran "CIO 2015" ini lebih menarik. Dengan semua pihak bisa menerima perkembangan dan kenyataan terkini itu, mestinya tidak ada lagi pertentangan, tidak ada lagi sekat-sekat. Semua dapat bersikap legowo, welcome.
Dengan prinsip seperti itu, semua atlet atau rider juga dapat bertanding atau tampil secara lepas. Tak ada lagi yang membebani. Secara psikologis semuanya kini dapat bertanding atau berlomba dengan enjoy, riang gembira, sehingga mampu menyuguhkan ketrampilan terbaiknya.
Kenyataan itu jugalah yang setidaknya dirasakan oleh Triwatty Marciano, tokoh berkuda nasional yang mendirikan APM Equestrian Centre ini. Triwatty Marciano merasakan atmosfir yang luar biasa dari pelaksanaan "CIO 2015" ini.
"Bisa diberitakan bahwa ini pertandingan yang pertama kali pertandingan bersama-sama atau lengkap dari berbagai kubu yang berseberangan setelah lebih dari 5 tahun komunitas equestrian diobrak abrik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab demi kepentingan pribadinya. Untuk itu hasil pertandingan bisa dikatakan prestasi yang murni / fairplay," ungkap Triwatty Marciano dalam penjelasannya Minggu (1/11) sore.
PORDASI & KOI
Triwatty Marciano juga menyinggung tentang penyelenggaraan "FEI World Show Jumping Challenge 2015" yang menurut rencana akan digelar di APM Equestrian Centre pertengahan November mendatang, yang dikaitkan dengan Kejuaraan AE Kawilarang Memorial.
"FEI World Jumping Challenge" menjadi tugas pertama dari NF Equestrian Indonesia/Equestrian Pordasi dari FEI, setelah hak NF Equestrian dikembalikan ke PP Pordasi.
"Kita tunggu peran pertama NF Equestriam ini," ucap Triwatty Marciano.
Menurut pendiri APM Equestrian Centre itu, sejak diakuinya kembali Pordasi sebagai pemegang NF Equestrian, maka sejarah EFI /Irvan Gading dkk lenyap dari pemukaan alias tutup buku.
"Komunitas yang terdiri dari para atlet, horse owner, para ofisial, dan lain-lain, merasa lega tidak ada lagi dualisme dalam kepengurusan maupun komunitas itu sendiri," terangnya.
Pada kesempatan sama Triwatty Marciano juga mengapresiasi terpilihnya Erick Tohir sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dari Kongres Sabtu (31/10) malam lalu di Jakarta.
"Dengan komposisi petinggi olahraga yang baru ini bisa menjadikan olahraga Indonesia menjadi lebih maju lagi, yang selama ini bisa dikatakan stagnan bahkan mundur," demikian dikatakan Triwatty Marciano. tb