Dankormar Buka Kejuaraan Dunia Arung Jeram 2015 Indonesia
Buyung Lalana yang juga Ketua Umum Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI), membuka dengan resmi Kejuaraan Dunia Arung Jeram IRF R6 2015 Indonesia
Editor: Toni Bramantoro
Sebagaimana sifatnya sebagai olahraga air, arung jeram sangat bergantung pada ketinggian air. Sungai Citarik menjadi salah satu lokasi terbaik untuk lomba di dunia karena faktor kesulitan jeramnya, hingga diberi status Kelas 3+. Sedangkan sungai dengan faktor kesulitan tertinggi Kelas 5 terletak di Colorado, Amerika Serikat serta Selandia Baru.
Meski hujan turun hampir setiap hari sejak dua minggu terakhir, ketinggian air Sungai Citarik berubah-ubah. Jika beberapa hari lalu sempat mencapai ketinggian 100 cm, maka Senin kemarin (30/11) turun hingga 63 cm. Sedangkan ketinggian yang layak lomba adalah 80 cm.
Setelah melalui proses panjang sejak 2012, lewat penawaran kepada Federasi Arung Jeram Internasional (IRF/International Rafting Federation) sebagai induk olahraga arung jeram dunia, dan peninjauan oleh tim IRF, dipilihnya Sungai Citarik adalah pertama kali bagi
Indonesia menjadi tuanrumah Kejuaraan Dunia. Ini juga pertama kali WRC digelar di benua Asia. Sebelumnya Indonesia bersaing dengan Brasil sebagai bakal tuanrumah WRC ’15.
Namun karena sungai di Brasil kurang cocok untuk Kategori R6, maka Indonesia yang terpilih, sedangkan Brasil menggelar WRC Kategori R4 pada 2014 lalu. Kedua kejuaraan dunia tersebut bergantian setiap tahun. Jika Kategori R4 berlangsung pada tahun genap, maka Kategori R6 di tahun ganjil.
Pada 2010, Indonesia menjadi tuanrumah Kejuaraan Australasia, antar negara-negara
Asia dan Australia. Namun berlangsung di Sungai Serayu, Kabupaten Banjarnegara serta Sungai Elo dan Sungai Progo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tahun lalu sebagai syarat menjadi tuanrumah WRC, Sungai Citarik menjadi ajang Pra WRC. Namun hanya Malasyia yang menjadi peserta asing.
Kondisi Prima Menentukan
Jika banyak pihak menganggap para pedayung Indonesia akan sangat diuntungkan faktor tuanrumah, karena sudah sangat mengenal karakter Sungai Citarik, para pelatih tim nasional U-19 (di bawah usia 19 tahun) dan U-23, Aceng Supendi dan Insan Saleh justru berpendapat lain.
“Kami sudah berbulan-bulan menghadapi tinggi ar rendah. Jadi pertarungan tetap terbuka!” Mereka berdua selalu mengingatkan para atlit asuhannya agar tidak takabur denga faktor tuanrumah serta tidak juga menjadikannya sebagai beban harus juara. “Biarlah anak-anak menikmati kejuaraan ini dan menjadikannya pengalaman sangat berharga bagi karir mereka sebagai atlit selanjutnya.”
Kepada Tagor Siagian, Humas dan Koordinator Media WRC 2015 Indonesia, Cloe, pedayung tim nasional U-19 Inggris, menganggap pesaing berat timnya bukan tuan rumah Indonesia.
“Kami mewaspadai Brasil, Rusia serta juara bertahan Selandia Baru. Di samping itu kami khawatir pengenalan medan kurang lama karena baru empat hari tiba.” Sedangkan pedayung putri tim nasional U-23 Inggris menyebut cuaca sangat panas sebagai musuh terberat. “Di negeri kami sudah sangat dingin karena memasuki musim salju dengan cuaca di bawah 10 derajat Celcius. Di sini kebalikannya, sangat panas. Kami harus banyak minum untuk menjaga kebugaran. Kekurangan cairan tubuh dapat merusak konsentrasi saat lomba,” tuturnya.
Kelas Remaja dan Junior Putri dan Putra, akan mengawali WRC ’15 Indonesia pada hari ini, Selasa (1/12) pukul 7-10.30 WIB., dengan nomor Sprint, adu cepat sepanjang 300 meter.
Setelah beristirahat 30 menit dilanjutkan nomor Head To Head/H2H, yaitu pertarungan antara satu perahu lawan satu perahu berdasarkan peringkat catatan waktu terbaik nomor Sprint. Sementara para pedayung Kelas Terbuka dan Master akan berlatih nomor Down River (jarak jauh 14 km) mulai pukul 12.00 WIB.