Lebih Dari 100 Kuda di Pacuan PON XIX/2016-Jabar
PON senantiasa dipandang sebagai titik kulminasi persaingan menjadi yang terbaik, tercepat dan tertinggi dari kompetisi seluruh cabang olahraga di tan
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - PON senantiasa dipandang sebagai titik kulminasi persaingan menjadi yang terbaik, tercepat dan tertinggi dari kompetisi seluruh cabang olahraga di tanah air.
Demikian juga dengan cabor berkuda, khususnya dari disiplin pacuan dan ketangkasan (equestrian). Meski equestrian memperebutkan lebih banyak medali, yakni 10, namun yang lebih menjadi pusat perhatian komunitas pencinta berkuda adalah interaksi di lima kelas pacuan.
Walau hanya melombakan lima nomor atau kelas yang tidak berdasarkan batasan usia kuda, akan tetapi jumlah kuda yang berlomba bisa lebih banyak dibanding akumulasi kuda yang berinteraksi di 10 kelas equestrian atau ketangkasan.
Menurut perkiraan Ketua Umum PP Pordasi H.Mohammad Chaidir Saddak, MBA, lebih dari 100 ekor kuda yang akan berkompetisi di arena pacuan Legok Jawa, Cimerak, Pangandaran, pada September 2016 mendatang.
"Kalau dari setiap kelasnya saja diikuti oleh 12 kuda, berarti ada 60 kuda yang berlomba di babak final. Itu belum termasuk yang berlomba di babak penyisihan pada lima kelas tersebut.
Babak penyisihan juga bisa saja lebih dari satu heat kalau jumlah pesertanya banyak," jelas Eddy Saddak, sapaan Ketum Pordasi 2011-2015 dan 2015-2019 itu.
Lima kelas yang dilombakan di pacuan PON XIX/2016 adalah A Terbuka Sprint-1300 meter, kelas E-1200 meter, kelas D-1400 meter, kelas C-1600 meter, dan kelas Terbuka-2000 meter. Masing-masing kelas dilombakan setiap hari, untuk babak penyisihan sekaligus finalnya.
Sebagai tuan rumah, kontingen berkuda Jabar memperoleh semacam wild-card untuk langsung menempatkan dua finalis di setiap kelas.
Kebijakan pemberian wild-card untuk tim berkuda Jabar ini logis mengingat Jabar-lah yang paling memperjuangkan agar cabor berkuda secara keseluruhan bisa dipertandingkan di PON XIX/2016, setelah gagal dikompetisikan di PON XVIII/2012, Riau.
Merujuk pada persaingan memperebutkan lima medali emas di pacuan PON XIX/2016 itu, tim berkuda Jabar tampaknya juga yang paling siap dalam memperhitungkan berbagai faktor pendukung peraihan medali. Terutama, unsur joki.
Tim berkuda Jabar mengandalkan lebih dari satu joki, sementara sebagian besar daerah lainnya bertumpu pada satu atau dua orang joki.
Tiga kuda Jabar yang mengoleksi medali emas di tiga kelas simulasi PON XIX/2016 di Jateng Derby ditunggangi oleh joki yang berbeda, yakni D.Suhendar untuk Red Silanos, E.Sonitan untuk Voodoo, dan R.Nugraha untuk Maco.
Bandingkan dengan tim berkuda Jateng, misalnya, khususnya dari Eclipse Stable yang akan menjadi andalan utama mereka.
Dari enam kuda Eclipse Stable yang mencapai finis di urutan pertama pada Jateng Derby itu, lima kuda diantaranya ditunggangi oleh M.Soleran, sedang satu lainnya oleh joki Hermansyah.
M.Soleran juga masih menunggang kuda Liberty Eclipse, yang menjadi runner-up di kelas remaja.
Menurut keterangan Eddy Saddak, memang tidak ada batasan untuk penampilan setiap joki di pentas pacuan PON XIX/2016 nanti.
"Satu joki diperbolehkan menunggang lebih dari satu ekor kuda," kata pemilik Aragon Horse Racing & Equestrian Sports, Lembang, itu.
Di cabor berkuda, atlet dan kuda memang harus bersinergi, baik di pacuan atau equestrian. Penyatuan dari dua jiwa itu yang membuat penampilan "pasangan" tersebut menjadi solid pada setiap perlombaannya. Walau demikian, atmosfir atau suasana perlombaan juga bisa memberi pengaruh. tb