Pembangunan Sarana Equestrian Asian Games XVIII/2018 Jangan Mengorbankan Arena Pacuan
Berkuda, khususnya disiplin equestrian, menjadi satu dari 35 cabor yang akan dipertandingkan resmi di Asian Games XVIII/2018.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Berkuda, khususnya disiplin equestrian, menjadi satu dari 35 cabor yang akan dipertandingkan resmi di Asian Games XVIII/2018.
Kompetisi berkuda ketangkasan ini akan dipentaskan di kompleks pacuan kuda Pulomas, Jakarta Timur. Hal ini sudah menjadi keputusan dari OCA (Dewan Olimpiade Asia) yang pada 2015 berkesempatan mengunjungi Pulo Mas.
Pada kompleks pacuan kuda Pulo Mas, yang lahannya milik Pemprov DKI Jaya itu, nantinya akan dibangun venues untuk perlombaan berkuda ketangkasan.
Namun, hingga saat ini tampaknya belum ada kesesuaian atau kesamaan pendapat diantara berbagai pihak terkait kepastian pembangunannya.
Sehubungan dengan rencana pembangunan venues equestrian itu sendiri, komunitas pacuan menyatakan ketidaksetujuannya jika keberadaan sarana berkuda ketangkasan tersebut akhirya harus menghilangkan eksistensi dari arena pacuan.
Mereka menyatakan, Pulo Mas identik dengan pacuan kuda, sehingga jika sarana pacuan dihilangkan, itu berarti menodai sejarah dari olahraga pacuan itu sendiri.
“Arena pacuan kuda Pulo Mas itu sudah menjadi ikon bagi kami dari daerah. Jadi arena pacuan ini harus benar-benar dipertahankan,” ujar Sherva Manembu, Wakil Ketua Pengprov Pordasi Sulut yang juga anggota DPRD Sulut. Pendapat senada juga disampaikan Ir.Iman Hartono, pemilik Eclipse Stable, Solo.
“Arena pacuan kuda Pulomas ini sangat bersejarah,” kata Iman Hartono.
Menurut keterangan Mohammad Chaidir Saddak, untuk venues equestrian, bisa saja dibuat di bagian tengah dari arena pacuan kuda Pulo Mas yang sekarang ini berupa danau. Itu untuk venues utama, sementara untuk pembangunan sarana pendukungnya bisa dilakukan di bagian lain. Intinya, track pacuan kuda tidak terganggu.
Saat ini Ketum PP Pordasi masih menunggu salinan masterplan renovasi dari PT. Pulo Mas Jaya sebagai pengelola pacuan kuda Pulo Mas, khususnya untuk pembuiatan venues cabang equestrian.
Masterplan tersebut dibutuhkan P Pordasi sebagai bahan acuan untuk memberikan saran teknis renovasi dan persetujuan dari Federasi Equestrian Asia (AEF). Namun, masterplan ini berbeda dengan rencana induk Asian Games, karena hanya berfokus pada pacuan kuda saja.
PP Pordasi sendiri menunggu kedatangan perwakilan AEF guna meninjau proses renovasi lapangan berkuda Pulo Mas. Namun, tanpa masterplan, hal itu sangat sulit dilakukan, sebab dari rencana induk itulah hal-hal yang dibutuhkan akan diperinci lagi.
“Posisi kami saat ini masih menunggu masterplan dari mereka (PT Pulo Mas Jaya), karena kalau tidak begitu akan susah beri masukannya. Kalau bisa juga sebelum delegasi AEF datang. Jadi kami bisa kirim ke sana dulu untuk dipelajari,” kata Eddy Saddak, sapaan Ketum PP Pordasi itu.
Menurut Eddy Saddak, renovasi di Pulo Mas akan dilakukan secara besar-besaran. Beberapa yang menjadi titik fokus adalah harus ada tiga lapangan latihan equestrian yang berstandar internasional, dengan ukuran 30 m x 60 m.
Sedangkan pada arena utama yang akan akan dijadikan lokasi perlombaan nomor lompat rintangan dan tunggang serasi (dressage) harus memiliki ukuran 60 m x120 m. Kemudian bagian tribun penonton, serta arena perlombaan nomor lintas alam.
“Mungkin juga nanti kandang kudanya akan ditambah di sana, saat ini ‘kan baru ada 160. Nanti akan diperbanyak sekitar 300-an. Sebenarnya tidak ada aturan yang baku. Tapi kami mengacu pada Asian Games 2014 di Incheon,” kata pemilik Aragon Horse Racing & Equestrian Sport, Lembang, itu.
Jika urusan masterplan bisa lebih cepat diselesaikan, maka proses pembangunan venues equestrian sudah bisa dimulai Juni 2016, dengan harapan Juni 2017 sudah selesai. tb